Entah dengan egoisnya aku melupakan hak privasi orang lain. Tapi rasa penasaranku melebihi batasan itu. Dan satu persatu kebohongannya akhirnya terungkap. Apa yang dikatakannya tidak adalah yaa terbesar yang sangat jelas. Oh mungkin privasi, dan mungkin aku belum cukup mengenali dekat hingga hal itu tak boleh aku tau. Tapi setelah denganku, mengapa panggilan sayang masih saja kau balas dengan manis? Padahal kisah itu sudah berlalh. Seperti tak ada artinya ada atau tidaknya diriku. Yang membedakan hanya frekuensimu dengan yang kau sebut mama, haney, sayang itu memang tak se instens seperti denganku. Seakan menunjukkan kondisimu masih stay dengan mereka.
Aku tau tak pernah kata serius terlontar dari mulutnya, dan memang tak bisa ku tampih jika aku mengharapkan itu. Tapi rasa-rasanya anak tangga menuju harapan itu satu persatu dipatahkan. Mungkin yang tersisa hanya segelintir saja. Perlahan semua pemikiran menjadi berubah. Mulanya mendambakan sebuah ikatan, kini bersisa tanya? Akankah jika adanya ikatan itu akan menjadi bahagia dalam hidupku? Atau sama seperti ini saja, atau mungkin menjadi sengsara baru dalam hidupku?
Entah, hanya bisa menjalaninya saja. Tentang semua hal yang memusingkan itu rasanya aku yak mampu memikirkannya lagi. Aku percaya dengan masalalumu adalah milikmu dan sebaliknya. Sadar jika diri juga punya masalalu. Tapi entah pernyataan itu tidak selalu berhasil menenangkan. Seakan rasanya tak adil bagiku..
Dan tetap saja meninggalkan rasa kesal, kecewa, dan mungkin cemburu. Dan semua itu harus kupaksa bungkus dengan senyuman dan tawa manis saat dengannya. Aku sadar diri belum bisa menjadi hebat yang patut dibanggaan, dan hanya inilah satu-satunya mantra yang membuatku sedikit tenang.
Dan dari semua yang aku tahu, semua yang kutebak-tebak sendiri. Aku tidak akan mencari tahu lagi. Entah bagaimanapun kamu, sedari awal aku telah memilih menerima. Namun mulai hari ini mungkin harapku sudah tak sama lagi.
Jika anak burung ini yang kau anggap masih butuh suap, jangan lupakan jika waktunya ia bisa terbang lebih jauh. Entah nanti seperti apa semuanya kulampiaskan dengan hal-hal yang bisa membuat diriku lebih bernilai.
Karna aku yakin kata jodoh hanyalah soal penyetaraan, dan hari ini aku sudah tidak memaksakan lagi siapa orangnya. Siapapun nanti yang menjadi pendamping untukku akan kupastikan dia akan sangat-sangat beruntung memilikiku. Dan siapapun ynag melepaskanku ia akan rasakan sesal sesesal sesalnya.
Bukan maksud diri untuk mendendam, tapi sebuah pelajaran baru akan selalu ada dalam sebuah peristiwa.