Sabtu, 03 April 2021

Rumitnya isi otak

 Entah bagaimana semua pandangan hidup bisa seketika berubah. Hal paling besar dalam hidupku bukan lagi hal yang terasa wah. Hal yang ingin kutuju bukan lagi sebagai tujuan. Dengan sesak hati penuh keraguan, tapi hati terus saja membenarkan pikiran. Pandanganku tentang hal sakral (pernikahan) sudah benar-benar berbeda rupanya.

Mulanya yang ku anggap ia sebagai tujuan terbesarku, namun banyak fakta menjawab bahwa ia bukanlah tujuan. Bukanlah seperti kisah disney yang selalu berakhir bahagia. Bahkan mungkin ia bisa saja jadi awal dari sebuah kesengsaraan. Entah, pemikiran datangnya darimana tapi jelas sekali dengan penuh sesak hati membenarkan lagi.

Secara tidak sungkan, nyatanya banyak kisah baru juga dimulai dalam lingkaran pernikahan. Banyak hal yang jelas ku lihat bahwa perselingkuhan adalah hal yang biasa dijaman sekarang. Dan percintaan hanyalah perasaanku saat ini, entah nanti biar Tuhan yang atur. Bukankah semua itu hanyalah persembunyian dari kemunafikkan manusia.

Lalu untuk apa pernikahan itu ada? Sampai kapan harus menuruti kata hati sedang yang dijanjikan dengan mudah dihempaskan?

Semula aku berpikir bahwa aku spesial jadi bagian dari seseorang, nyatanya semua orang bisa saja jadi spesial. Nyatanya sebuah kisah dalam masalalu selalu menjadi iri yang mendalam. Nyatanya semua wujud kasih sayang adalah hasil terlatih dari sebelumnya. Bodohnya yang selalu mengijinkan hati merasakan patah dengan hal yang sudah berlalu. 

Perempuan dikodratkan untuk melahirkan, menyediakan, dan mengurus keluarganya. Hal yang baru lagi kubenarkan, bahwasanya semua perempuan dapat menjadi ibu tanpa harus melahirkannya. Anak kandung lahir dari rahim ibu, tapi anak asuh lahir dari hati ibu. Faktanya jauh lebih dalam ketika seorang wanita bisa menyayangi seorang anak asing layaknya lahir dari rahimnya.

Yang menjadi tangisku adalah untuk apa mereka dilahirkan jika orang tuanya tak mampu membahagiakannya, menuntut untuk menjadi apa yang orangtua mau melupakan hak hidup setiap orang. Untuk apa bayi-bayi mungil dilahirkan, jika kelak menjadi bahan amarah!

Jika semua pertanggung jawaban itu tidak bisa dipenuhi, kmbali lagi padadasarnya apa yang bisa kita raih dari hak sakral itu?

Kita semua berhak memilih atas apa yang akan terjadi dalam hidup, bukan berarti menjadi anak durhaka jugaa. Bangun, dan gapai semua hal yang ingin ku gapai. Tak peduli lagi angka yang terus bertambah. Karena pada dasarnya hidup bukanlah soal perlombaan. Dan hidup akan selalu berjalan bagaimanapun kondisi kita.

Dari semua itu aku menyadari bahwa sangat banyak sekali hal yang harus kuperbaiki dalam diri, jika kelak entah siapapun pendamping hidupku. Aku ingin dia yang bangga menunjukku sebagai ratunya. Dan entah jika Tuhan mengijinkan nanti, bayi mungil dan lucu untuk lahir dari rahimku. Aku ingin ketika dia dewasa nanti dengan menunjukku pada teman-temannya dia ibuku paling hebat. Aku ingin kamu menjadi manusia paling beruntung nak.


 Menulis ini begitu sangat sesak, mengingat lagi semua angan-angan seakan sudah tak bermakna lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar