Hari itu pertemuan pertama yang entah akan terjadi pertemuan seterusnya, atau mungkin menjadi sekaligus pertemuan terakhir.
Titik dimana aku tak tau melampiaskan kekesalan yang tak tau juga datangnya darimana, dan kamu hadir. Entah angin apa yang mengundang kita harus saling menyapa, walau hanya beberapa detik. Didetik itu juga jiwa kosong ini terisi kembali.
Putri malu yang tersentuh tak suka tunjukkan mekar daunnya, tapi denganmu terasa sangat nyaman untuk tunjukkan sisiku. Aku tau rasanya tak mungkin jika menaruh hati pada angin, tapi hembusanmu sangat membuatku terbawa bahkan tak pernah tau jika sejauh ini. Terseret dan ikut hilang dari tempat abuku.
Rasanya tak adil jika ku anggap kamu rumah, tapi begitu adanya. Kau yang yakini dirimu, aku sebagai wahana tapi bagiku tak masalah. Karena bisa saja kamu kembali lagi menemui tempat indahmu. Aku dengan kebodohanku yang tetap menunggumu.
Walau ketidakmungkinan berusaha menjelaskan, tapi tetap kamu yang kuyakini dalam hati.
Entah, akupun juga tak tau. Melihatmu dalam pelukan orang yang kau cintaipun, seperti tak masalah. Tapi sehari berusaha menghilangkanmu, rasanya jauh lebih sulit. Mungkin titik yang ku buat sangat terlalu dalam, sehingga tak memilikipun tak masalah lagi. Asal senyummu masih bisa terlintas. Walau dari jauh...
Tenang saja, aku tak akan mengganggumu. Karena caraku mengagumimu tak sereceh menginginkan sapaanmu. Bahkan untuk kau ketahuisaja, aku tak berniat. Tapi terimakasih, adanya kamu mengisi celah kosong dibagianku. Membuatku lengkap dan merasa hidup lagi bahkan disaat kamu menghilang.
Nggwe crito nk watpaad o , apik mit critomu
BalasHapusOke tak coba e wkwk
HapusTerusss berkaryaa sess
BalasHapus