Minggu, 05 Juni 2022

Lelah hati

 Entah bagaimana kuharus menghadapi diriku sendiri, banyak hal membuat tak tenang. Selalu kuberpikir dunia yang salah? Ada apa dengan dunia ini? Mengapa menjadi mengerikan. Semua orang berhasil membuatku tak berharga, merasa bersalah, dan membuatku merasa sangat kecil.

Begitu sulit menjelaskan kepada diri sendiri semuanya baik-baik saja. “Tak apa” seringnya otak mengingatkan, tapi hati selalu saja meminta pembenaran atas rasa sakit yang selalu tak diundang datangnya.

Berusaha keras untuk meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja, namun tangis selalu tak bisa dibendung. Selalu menangis menjadi andalan menyembuhkan luka yang tak tau datangnya darimana itu. 

Hal kecil yang selalu terasa besar dan menyebalkan, pintarnya membuat diri menjadi tidak berharga lagi. Selalu saja yang lain menjadi terasa istimewa, bahkan aku yang didepan mata selalu menjadi terabaikan.

Aku hanya kesal dengan diriku yang selalu berpikir tak pantas untuk siapapun. Aku yang selalu kasian pada diriku yang tak pernah bisa tegar atas semua-semua batu kerikil yang tak ada artinya.

Aku hanya kasian dengan diriku yang selalu membuat seolah semuanya berlebihan, padahal hanya hal sepele.

Rabu, 02 Maret 2022

Sisi ruang lain

 Entah dibenarkan atau tidak, tapi menurutku semua orang punya ruang tersendiri untuk menempatkan seseorang disana. Seseorang yang mungkin berarti, begitu denganku yang selalu menempatkan dia diruang tersendiri dihati. Bukannya tak mampu melupakan, bahkan perasaan itu sudah beralih tuan.

Aku masih sangat ingat, betapa dia membuatku seoalah paling berarti dan aku juga ingat betapa dia membuatku pertama kalinya merasakan bahwa aku ternyata tak spesial. Sakit yang sungguh membuatku sempat mati rasa, tak mampu olah air mata, dan membuatku tak bisa berhenti mengutuk diriku sendiri.

Kehilangan dia adalah sebuah pelajaran berharga yang semesta ajarkan, menjadikanku kuat diterpa dunia yang sesungguhnya dan menjadikan hatiku bagai lapis baja walau isinya telah hancur berantakan dibuatnya.

Kau akan selalu punya tempat dihati ini, tapi tak akan cukup membuatku kembali lagi. Trauma itu sangat besar dan aku tak bisa menceritakan bagaimana gambaran hancurnya ku saat itu. Sebab itu tenanglah aku tidak akan menuntut apa apa lagi atas kecewa yang ternyata dariku sendiri.

Aku juga masih ingat dimana aku menangis memohon untuk kau kembali dan meninggalkan kekasih barumu. Dimana kau bilang tidak mungkin meninggalkannya dan salahmu sudah memutuskan pergi.

Aku masih ingat betul rasanya, dan nyeri itu masih ada jika aku mengenangnya.

Kini seseorang telah hadir mengisi sisa kosong dihatiku. Dan perlahan sisimu akan teralihkan olehnya.

Dia yang tidak akan membuatku cemburu seperti kamu yang suka melihatku cemburu. Bahkan sakit hatiku kau buat lelucon.

Dia yang akan selalu membuatku bangga karna kerja kerasnya, dan dia yang akan selalu memperjuangkan aku tanpa ada dia dia yang lain lagi.

Dan aku tidak akan tergoda bujuk rayumu lagi yang berujung sakit itu.

Selamat tinggal.

Jumat, 03 Desember 2021

Manisku

Menatapku tanpa dosa, kau bilang hanya genggaman. Tapi kau ambil seluruhnya. Darimana dan sejak kapan? Entahlah, celakanya candu berhasil menghantui.
Curang, aku bilang dengan penuh kesal! Dan hari itu juga ku meminta lebih darinya.

Dengan santai, dan lagi-lagi tak ada dosa ia datang berbekal kepercayaan diri!

Hai ucapnya, yang tak banyak bicara lagi unjukkan aksinya.
Sekian lama menanti sebuah hasrat tak tertahan, lalu seketika itu terpenuhi tanpa beban.
Huh, melelahkan! Tapi kau datang diwaktu yang tepat.
Dengan kebimbangan yang teralih masuk kedalam duniamu, dan kini menjadi rumah yang selalu kau sambut.
Entahlaaah, sihir apa kau buat ku seperti hilang daya jika tak bersama. Senyummu merdeka meninggalkan jejak tak terduga. Begitu nyata dan selalu terngiang-ngiang.
Esok aku berhenti, tapi nyatanya sampai kini malah jadi obat.

Dekatmu tak ada habisnya, memulai dan dimulai, seakan tak ada yang mampu mengalihkan lagi.
Selembut sutra tak ternilai kau sentuh, manismu tak pernah pandang waktu, selalu berhasil membuat nafas tak karuan, detak jantung yang tak bisa ditahan. Lalu kau bilang "aku menang!".

Tak salah lagi esok pasti ku menuntutmu lebih, jika tantanganmu senikmat ini.
Berkeliaran isi otak, sedetik saja rasanya tak mau memberontak. Mengikuti caramu yang selalu membuat berhasil mencuci otak.

Dasar!! Manisku..
Bahkan rasanya ingin selalu mengikatmu di tepi bale, tak meninggalkan celah.
Kau diam dan biar jadi urusanku saja!.
Tapi lagi-lagi entahlah... Kau yang manis tapi tak membosankan itu, aku menjadi lumpuh sendiri.

Tapi jangan salah!
Esok kita uji lagi sampai dimana kekuatan itu... Ha ha ha🤣

Sabtu, 20 November 2021

Pemerang isi Otak

 Asli yang tak diyakini, palsu yang menjadi dambaan. Begitulah keadaan dunia saat ini. Banyak hati tertipu oleh manisnya racun, sedang obat sudah tak laku lagi. Dimana letak nurani? Kau pikir seisi dunia memeliharamu ha ha ha di dunia hanya ada mereka dan dirinya sendiri. Berkelabuh kesana-kemari kembali lagi menyakiti dengan landasan mencintai diri sendiri! Muak ku mendengarnya, tutup telinga tapi mata tak henti melihat kebohongan yang terus dibenarkan.

Apa yang sedang kau cari? Bahagia, reputasi, atau sejenak ketenangan. 3 hal yang semakin dicari tak usai dapat jawabannya.. Malas menjalani sebuah proses menyakitkan sedang kau ingin kemewahan! Berhenti sejenak ku ingat lagi, sampai dimana perjuangan itu. Dan entah perjalanan itu hingga membawaku telah sampai disini.

Pusing ku dibuat dunia, seakan tak ada habisnya dan tak ada yang bisa dikejar. Dirasa pun sudah tak ada rasa. Bergumam dan bergelut dengan pikiran sendiri, mencari dimana ujungnya? Dimana akhirnya bahagia itu? Tapi lagi-lagi sia-sia.

Mereka berlomba menjadi yang terlihat baik, tapi ternyata hanya sandiwara belaka mengundang polemik dengan segala pembenarannya. Hidupku hidupmu tak ada yang lebih baik!

Berdiam dan terus berperang pikiran dengan diri sendiri. Mencoba melihat dari sisi berbeda dan tetap saja tak ada sisi yang baik kurasa.

Kembali lagi ku dengan isi hati memulai perang menghabisi isi pikiran sendiri. Apa yang sebenarnya kucari? Apa yang sebenarnya mereka pentingkan itu?

Diri Teman Baik

 Ternyata terlewati sudah kala itu yang ku anggap tak mungkin bisa hilang.

Sadarku ternyata ku mampu melaluinya, sepanjang itu jalan yang sudah ditempuh tuk jadikanku saat ini.


Menyendiri akan selalu menjadi hal yang menenangkan, berdiam dan berdamai dengan air mata.

Walau kadang ia mendahului rasa, mengalir tak lihat tempat. Percayaku tenang selalu jadi tujuan dan lagi lagi ia adalah teman yang menenangkan.


Tersadar dari segala hal pahit, getir, patah, berdarah pun menjadi makanan yang tak bisa dihindari lagi. Lalu bagaimana bisa kurasakan perih duri dijari manisku? Jika lama sudah pisau menancap dijantung?


Bernafas dengan penuh kesesakan, berjalan tanpa arah pasti. Seakan hidupku tak terpilih untuk dirasakan damai.

Tak apa, masih ada kaki yang senantiasa menopang.

Tak apa, masih ada ruang hati tuk bersandar sejenak.

Tak apa, masih ada air mata yang selalu menenangkan.....

Minggu, 17 Oktober 2021

Curahan hati hamba Tuhan

 Tuhan, entah darimana datangnya tapi aku percaya akan rencanamu.

Disetiap air mataku yang penuh harapan, selalu berhasil Kau buat ku terkagum dengan jawabanMu. Kali ini aku benar-benar berserah kepadaMu, apapun yang kurasakan adalah bagian dariku untuk lebih baik.

Terimakasih, sampai detik ini perlahan aku kuat. Perlahan Engkau latih aku dengan hal tak terduga dalam hidupku.

Yang sesungguhnya tak harus dirasakan pahit, terimakasih telah tunjukkanku untuk merasakan dengan cara yang berbeda.

Maaf, jika selama ini keluhku seakan tak mensyukuri nikmatmu yang lebih besar dari ujianMu.

Maaf untuk aku yang selalu terburu-buru menginginkan bahagia. Padahal bahagia itu sedekat nadiku sendiri.

Bahagia adalah ketika aku utuh menjadi diriku sendiri, dan alam semesta ikut serta mendukung itu.

Tuhan, jadikan aku orang yang selalu ingat bahwa kuat tak hanya dalam ucap. Tapi kuat adalah dalam tekat dan hati. Jadikan aku seperti karang yang selalu menyambut ombak dengan senyuman.

Sekuat itu aku berharap.

Tentang perasaan yang selalu kupertanyakan, perlahan ku lepaskan semuanya walau dengan hati tak ikhlas. Hanya harap untuk hati jadi lega saja.

Tuhan jika memang belum waktu terbaik untukku, yakinkanku untuk tak menginginkan hal yang salah.

Yakini aku bahwa waktunya nanti akan tetap terindah untukku. Dia yang kini masih entah siapa, hadirkan untukku diwaktu yang tepat. Karna aku tak ingin buru-buru lagi. Terserah Tuhan, kali ini ku pasrahkan semuanya kepadaMu, siapapun itu....

Dan esok jika dia benar datang, persiapan kan aku untuk menjadi seseorang yang jauh lebih siap. 



Penanggungan, 17 oktober 2021

Jumat, 15 Oktober 2021

Harap yang tak diharapkan

 Malam ini aku kembali merasakannya lagi, sakit dan kecewa yang sudah meradang. Tak sembuh malah semakin sering kambuh. Entah datangnya darimana? Siklus yang kurasa sangat menyiksa.

Perjalanan ke 25 tahun yang sangat menguras energi dan batin. Tak banyak inginku sekarang hanya harap tenang.

Mungkin teguran sang pencipta karna telah jauh melupakan, tapi kumohon jangan seperti ini. Sungguh siksaan batin lebih menyakitkan dari sakitnya badan.

Aku benci harus memakai topengku lagi, seolah aku tak apa-apa. Aku benci menyenangkan banyak pihak, tapi diriku sendiri tak terpenuhi. Kembali lagi aku berharap hanya ketenangan.

Semakin hari, semakin tak tau arah. Tak tau apa tujuan perjalanan ini. Setiapkali ku menemukannya ternyata tak kudapati tempatnya. Berulang kali dan berulang lagi, seakan tak ada tempat yang sebenarnya ada.

Mungkin aku yang selama ini menaruh harap yang salah. Menaruh keinginan yang salah.

Aku benci, tapiku akui rumahku telah hilang. Dan aku tak tau bagaimana caranya memulai membangun lagi. 

Berlunta-lunta kesana-kemari tak kunjung ditemui, tapi tak henti menaruh harap yang tak pasti. Dan sekali lagi ku ingin bertanya dimana letak ketenangan itu?

Air mata sudah tak menjadi obat lagi, semakin membenarkan diri untuk ingin menghilang saja!