Rabu, 10 Mei 2017

MODEL LATIHAN DAYA TAHAN

MAKALAH TUGAS AKHIR SEMESTER 3
MODEL LATIHAN DAYA TAHAN
MATA KULIAH KEPELATIHAN FISIK LANJUTAN




oleh
Paramita Setyani Sasmita
150631600997

Dosen pembimbing
Nurrul Riyad Fadhli, S.Pd, M.Pd



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
DESEMBER 2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkankan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta Keluarga dan Para Sahabatnya
Dan tak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Nurrul Riyad Fadli, yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan langkah demi langkah makalah yang berjudul “Latihan Daya Tahan” ini, meskipun isinya yang sangat sederhana dan tak luput pula dari kesalahan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dan terutama mahasiswa olahraga.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun  sangat terbuka demi kesempurnaan makalah ini, dengan begitu kami sebagai penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepannya menjadi lebih baik lagi.



Malang, 7 Desember 2016


Paramita Setyani Sasmita





DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga  merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Dianggap kebutuhan karena manusia adalah mahluk yang bergerak. Manusia  dalam melakukan aktifitasnya tidak pernah terlepas dari proses gerak, sebab tidak ada kehidupan tanpa adanya gerakan. Olahraga sendiri bersifat universal, dengan kata lain olahraga dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat tidak memandang suku, ras, agama, latar belakang pendidikan, status ekonomi maupun gender. Baik laki-laki maupun wanita dapat melakukan aktifitas olah-raga tanpa pengecualian.
Pencapaian prestasi olahraga memiliki beberapa komponen penting yang perlu menjadi perhatian. Salah satu komponennya yaitu daya  tahan  . Daya  tahan  adalah  kemampuan  seseorang  untuk melakukan  kerja  dalam waktu
yang relatif lama. Sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk mengulangi kontraksi dalam jumlah tertentu. Daya tahan otot sendiri dipengaruhi oleh sistim energi yang digunakan oleh otot tersebut. Secara umum serabut otot terbagi atas serabut otot cepat dan serabut otot lambat. Metode latihan endurance akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa hakikat latihan daya tahan?
2.      Apa tujuan latihan daya tahan?
3.      Bagaimana metode latihan daya tahan?
4.      Apa saja model latihan daya tahan?




BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Hakikat Latihan Daya Tahan

Daya  tahan  adalah  kemampuan  seseorang  untuk melakukan  kerja  dalam waktu yang relatif lama.  Daya tahan terbagi atas :
a.  Daya  tahan  otot  (muscle  endurance).   Daya  tahan  otot  sangat  ditentukan  oleh  dan berhubungan  erat  dengan  kekuatan  otot.    Oleh  karenanya  metode  untuk mengembangkan  daya  tahan  otot  sangat  mirip  dengan  yang  digunakan  untuk meningkatkan  kekuatan.    Dalam  latihan  mengembangkan  daya  tahan  otot,  teknik isotonik dan  isokinetik harus dilaksanakan dalam  tahanan  (beban) yang  lebih  rendah dari pada  latihan kekuatan dan pengulangan yang  lebih sering.   Sebagai contoh, daya tahan  otot  dilakukan  kira-kira  pada  tingkat  20  -  25 RM,  dan  tidak  pada  8  -  12 RM seperti  yang  disarankan  untuk  mengembangkan  kekuatan.    Sedangkan  dalam mengembangkan  daya  tahan  otot  melalui  teknik  isometrik,  kontraksi  yang  kuat haruslah ditahan selama 10 - 20 detik atau lebih.
b.  Daya  tahan  jantung-pernapasan-peredaran  darah  (respiratori-cardio-vasculatoir endurance).   Peningkatan  daya  tahan  jantung-pernapasan-peredaran  darah  terutama dapat dicapai melalui peningkatan  tenaga aerobik maksimal  (VO2 maks) dan ambang anaerobik.   Sebaiknya  untuk  meningkatkan  VO2  maks dilakukan  latihan  anaerobik  dengan  interval  istirahat(Soekarman,1987). Maka dari itu, pelaksanaan latihan daya  tahan jantung-pernapasan-peredaran  darah  selalu  terkait  dengan  tenaga aerobik  dan  anaerobik,  yang mana  unsur  tersebut  selalu  terkait  pula  dengan  sistem energi yang diperlukan.  Hal  di atas tidak akan banyak dijelaskan disini oleh penulis, karena akan dijelaskan dalam materi ilmu faal olahraga.

2.2 Tujuan Latihan Daya Tahan

Dalam kaitannya dengan metabolisme otot, latihan daya tahan otot diperlukan dalam:           
a.         Menanggulangi kelelahan melalui peningkatan toleransi pembentukan asam laktat.
b.         Mempercepat pembongkaran asam laktat untuk mempercepat pemulihan otot dari kelelahan.
c.         Membentuk adaptasi otot terhadap aktivitas yang lama dengan periode istirahat yang singkat.
d.         Meningkatkan semua komponen fisik lainnya.
e.         Menciptakan aktivitas gerak yang ekonomis.
f.          Meningkatkan kemampuan kerja otot.

2.3 Metode Latihan Daya Tahan

Metode latihan adalah prosedur atau cara-cara pemilihan jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan, kompleksitas dan beban latihan. Dalam pengertian yang lebih luas untuk kepentingan olahraga Harre dalam Nossek (1982:9) menyatakan bahwa latihan olahraga adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur secara ilmiah, terutama didasarkan pada prinsip-prinsip edukatif.
Melalui metode latihan, seorang pelatih berusaha untuk mengarahkan dan mengorganisir latihan sesuai dengan tujuannya. Pengetahuan dan pengalaman pelatih tentang suatu metode latihan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan kondisi fisik, hal itu merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan sebuah metode latihan dalam suatu pelatihan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode latihan adalah suatu prosedur atau cara yang terencana dan sistematis yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan latihan.
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan secara umum yaitu : 
-  Mempertinggi intensitas latihan daya tahan
-  Memperjauh jarak lari atau renang
-  Mempertinggi tempo (latihan kecepatan)
-  Memperkuat otot-otot untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama.
Sebelum melakukan latihan data tahan harus memerhatikan prinsip-prinsip berikut.
1.      Sebelum latihan harus melakukan pemanasan terlebih dahulu atau warming up
2.      Untuk hasil yang efektif setidaknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu dan dalam sekali latihan minimal dilakukan 3 set dengan istirahat 3-5 menit di antara setiap setnya.
3.      Selama latihan pengaturan nafas harus dijaga yaitu mengeluarkan nafas saar berkontraksi (mendorong,mengangkat, menarik) dan mengambil nafas saat relaksasi.

2.4 Model Latihan Daya Tahan

            Beberapa model latihan daya tahan, yaitu sebagai berikut.
1.      Continous training
Continous training adalah salah satu aktivitas latihan daya tahan cardiorespiratory yang bertujuan untuk meningkatkan VO2max. Continuous training merupakan aktivitas olahraga yang berintensitas sedang atau bisa dikatakan dengan tempo latihan yang tetap mengikuti intensitas latihan, dengan durasi latihan 15-20menit setiap sesi latihan. Latihan ini merupakan latihan yang umum dilakukan untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik. Intensitas latihan continuous training ini adalah 70% dari DNM (denyut nadi maksimal) individu.
Setiap individu memiliki DNM yang berbeda-beda untuk itu perlu pengukuran DNM terlebih dahulu, supaya tidak terjadi overtraining ataupun cedera. Continuous training merupakan suatu cara latihan yang penting untuk dimasukan ke dalam program latihan keseluruhan. Beberapa pelatih menganjurkan menggunakan continuous training untuk melaksanakan latihan karena hasilnya positif untuk mengembangkan daya tahan (endurance) keseluruhan maupun stamina atlet. Meskipun hasil akhir kurang dibandingkan dengan interval training.
Berdasarkan hasil Riset bahwa countinous running dapat meningkatkan kebugaran aerobik sebesar 3,4%. Hal ini disebabkan karena pemberian countinous running dilakukan selama 16 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem jantung dan paru-paru melalui peningkatan stroke volume dan cardiac output, efisiensi sistem pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, distribusi darah dari sistem kerja saraf simpatis dan parasimpatis.
Pada suatu program latihan dayatahan, yang ditujukan untuk meningkatkan dayatahan kordiovaskuler (jantung dan paru-paru) adalah continuous training. Bentuk latihan continuous training adalah lari keliling lapangan Atletik sebanyak 6 kali atau bisa dikatakan setara dengan lari sejauh 2400m. latihan ini dilakukan selama 4 hari dalam 1 minggu, karena frekuensi latihan terbaik adalah 3-5kali dalam seminggu. intensitas latihan ini atau besarnya upaya yang harus dilakukan selama latihan adalah 70-80% dari DNM (denyut nadi maksimal), continuous training berdurasi 25 menit (sudah termasuk recovery). peningkatan hasil latihan ini akan terlihat pada minggu terakhir dalam sebulan.
Berikut adalah metode pelaksanaan continuous training yang dilakukan dengan cara lari mengelilingi lapangan Atletik.
Jarak lari : 2400 meter
Intensitas : 70-80%
Tempo lari : 3 menit
Repetisi : 6 kali
Istirahat : 5 menit
Supaya tidak terjadi overtraining ataupun cedera olahraga, bentuk latihan continuous training ini harus disesuaikan dengan kemampuan individu (atlet atau peserta didik) masing-masing.

2.      Interval Aerobik
Pengertian High Intensity Aerobik Interval
High intensity aerobik interval merupakan tipe latihan yang pelaksanaannya di atas batas asam laktat, mendekati terhadap volume oksigen maksimal dan dilakukan mendekati titik lelah kita. HIIT ini kemudian diikuti oleh aktifitas dengan intensitas rendah untuk memulihkan tubuh kita dan menguraikan asam laktat dari darah, sehingga memungkinkan kita mendapatkan waktu yang cukup untuk pemulihan dan bisa melakukan aktifitas high intensity interval training lainnya.
Aerobik latihan interval memberikan intensitas pelatihan yang lebih spesifik. Stimulus pelatihan yang lebih besar yang dapat diterapkan pada otot-otot yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan khusus, dan juga dapat menjadi metode pelatihan lanjutan bagi para atlet pelatihan ketahanan mencari untuk mengatasi dataran tinggi di tingkat kebugaran aerobik mereka. Tingkat intensitas pelatihan teknik ini jauh lebih tinggi dari tingkat intensitas umumnya terkait dengan latihan aerobik .
Stimulus latihan mungkin sebenarnya merusak otot dalam upaya awal , dan dapat mengakibatkan nyeri otot pada hari-hari setelah sesi latihan . Oleh karena itu , sebelum memulai pelatihan, atlet harus mengembangkan kekuatan otot umum dan daya tahan dan melakukan program singkat. Latihan aerobik ( 2 minggu ; 3 sesi per minggu ; 20 menit ; intensitas tinggi.
Menentukan intensitas latihan pasti paling sulit dari resep pelatihan . "Kerja " harus menimbulkan denyut jantung maksimal individu pada akhir pertarungan latihan . Sebagai contoh, jika seorang atlet 20 tahun ( max HR = ~ 200 ) berlari interval 3 menit kemudian menghitung denyut jantung 10 - kedua mereka harus ~ 33 ketukan ( 33 x 6 = 198 ) pada akhir latihan .
Aerobik pelatihan interval pelatihan interval melibatkan pemecahan pelatihan periode ke interval latihan atau bekerja, diikuti oleh interval istirahat atau lega. Dua alasan-alasan dasar mendukung pelatihan interval. Ini adalah bahwa pelatihan seperti:
1.      Lebih baik untuk mengadaptasi sistem saraf ke pola gerakan berpengalaman dalam kompetisi
2.      Memungkinkan atlet untuk latihan untuk jangka waktu yang lebih lama pada intensitas tinggi, sehingga membantu adaptasi di sistem metabolisme aerobik dalam otot.
Manfaat pelatihan HIIT telah ditunjukkan untuk meningkatkan :
         kebugaran aerobik dan anaerobik.
         tekanan darah.
         kesehatan jantung.
         sensitivitas insulin ( yang membantu berolahraga otot lebih mudah menggunakan glukosa untuk bahan bakar untuk membuat energi )
         profil kolesterol.
         lemak perut dan berat badan sementara mempertahankan massa otot.
Dalam pelatihan aerobik, durasi interval latihan harus cukup lama untuk memungkinkan atlet untuk mencapai pengambilan oksigen maksimal (max VO2), tapi cukup singkat tidak membawa pada kelelahan. Hal ini biasanya disarankan bahwa kedua periode singkat dan lebih lama dari latihan dimasukkan dalam interval Program latihan. Intensitas harus memungkinkan atlet untuk mencapai max mereka VO2, tapi interval sisanya biasanya harus aktif, seperti berjalan atau jogging pelan. Hal ini membantu untuk hapus akumulasi asam laktat dari darah, dan memungkinkan atlet untuk melatih lagi. dua faktor yang penting di sini adalah pelatihan waktu dan jarak pelatihan.
Latihan waktu adalah tingkat di mana pekerjaan ini adalah untuk diselesaikan. Aerobik pelatihan interval melibatkan moderat-durasi dan intensitas tinggi 'kecepatan atau tempo' Pelatihan: 85-90 persen dari denyut jantung maksimum, sangat dekat laktat ambang batas untuk 30-60 menit di serangan 4-10 menit. Pelari mungkin lari 1200 meter kemudian berjalan selama setengah lap kemudian ulangi proses empat sampai lima kali. Meskipun pelatihan interval dianggap hanya salah satu dari banyak bentuk pelatihan. Penerapan interval untuk program pelatihan sangat menguntungkan baik atlet dan non-atlet, tapi perhatian harus diperhatikan pada metodologi yang digunakan.
Ketika mengembangkan program HIIT, pertimbangkan durasi, intensitas, dan frekuensi interval kerja dan panjang pemulihan interval. Intensitas selama intensitas tinggi Interval kerja harus berkisar ≥ 80 % dari anda, estimasi denyut jantung maksimal. Sebagai indikator subjektif, interval harus  merasa bekerja seperti anda berolahraga "keras " atau " sangat keras". Intensitas interval pemulihan harus 40-50 % dari maksimal perkiraan denyut jantung . Ini akan menjadi aktivitas fisik yang merasa sangat nyaman, untuk membantu memulihkan dan mempersiapkan untuk interval pekerjaan berikutnya. Hubungan kerja dan pemulihan Interval penting.
Banyak penelitian menggunakan rasio tertentu latihan pemulihan untuk meningkatkan sistem energi tubuh yang berbeda. Untuk Misalnya, rasio 1 : 1 mungkin 3 menit kerja keras ( atau intensitas tinggi ) pertarungan diikuti oleh 3 menit pemulihan ( atau intensitas rendah ) pertarungan. Ini 1 : 1 latihan interval sering berkisar sekitar 3 , 4 , atau 5 menit diikuti dengan waktu yang sama dalam pemulihan. Dengan jenis program berolahraga sekitar 30 detik lari maksimal, yang diikuti oleh 4 sampai 4,5 menit pemulihan . Kombinasi Latihan dapat diulang 3 sampai 5 kali .
Efek Samping High Intensity Aerobik Interval.
Kaki  akan merasa seperti kesleo atau kram setelah selesainya latihan ini untuk pertama kalinya, Glikogen otot ( energi karbohidrat ) akan sangat terkuras , dan kelelahan otot akan tinggi juga karena akumulasi laktat. Glikogen adalah bentuk disimpan utama energi karbohidrat ( glukosa ) yang dicadangkan di otot. Ketika otot-otot penuh dengan glikogen , akan terasa kenyang. Oleh karena itu, berhati-hati dalam penjadwalan pelatihan dari latihan hari pertama ke hari berikutnya, karena berkurangnya koordinasi neuromuskular dan kelelahan. Namun, pemulihan penuh harus terjadi dalam waktu 24-48 jam. Pastikan untuk mengkonsumsi camilan tinggi karbohidrat segera setelah latihan, dan menjaga pola makan dengan makanan karbohidrat yang cukup dan cairan. Oleh karena itu, semua pelatihan harus terjadi dengan cara olahraga-spesifik. Intensitas dan durasi interval harus meningkatkan spesifisitas. Oleh karena itu,  semua tubuh untuk melakukan interval dengan daya yang tinggi harus diulang-diulang, dengan hasil akhir menjadi peningkatan kinerja olahraga.

3.      Interval anaerobik
Pengertian Latihan Interval Anaerobik
Latihan Interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox,E.L,1984; Smith,N.J,1983), atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan pada periode istirahat ini (Fox, Bowers & Foss, 1984; Fox & Mathews, 1981).
Anaerobik adalah menghasilkan tenaga dalam tubuh tanpa memakai oksigen. Hal ini terjadi bila tubuh melakukan gerakan maksimal secara mendadak sehingga sel otot tak sempat mengambil oksigen untuk menghasilkan tenaga.olahraga jenis ini tak lama karena hasilnya asam laktat akan segera bertimbun dalam otot dan menimbulkan nyeri serta kejang otot. Biasanya orang hanya bertahan kurang dari 4 menit. Jadi latihan interval anaerobik adalah latihan yang berulang-ulang yang menghasilkan tenaga dalam tubuh tanpa memakai oksigen.
Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk mengidentifikasi besarnya kerusakan otot terkait dengan pertarungan tunggal tinggi pelatihan anaerobik intensitas dengan memeriksa serum CK pra dan pasca-latihan, dengan maksud menentukan risiko rhabdomyolysis. latihan ini menunjukkan kenaikan terdokumentasi dengan baik dalam tingkat CK menyusul serangan intensitas tinggi olahraga. Kenaikan CK tidak mencapai batas bawah indikasi rhabdomyolysis, mendukung gagasan bahwa pertarungan tunggal pelatihan anaerobik intensitas tinggi tidak mungkin menghasilkan kerusakan yang diperlukan untuk menyebabkan rhabdomyolysis.
Tujuan sekunder ini penelitian adalah untuk mengetahui hubungan CK menanggapi penanda kebugaran. Sana tidak ada hubungan yang bermakna antara Tanggapan CK dan kebugaran dari yang dipilih spidol kebugaran di saat peserta, semuanya terlibat dalam latihan pelatihan tetapi memiliki tingkat bervariasi dari kesehatan fisik. CK digunakan sebagai penanda otot rangka microtrauma, karena mencerminkan myoglobin melepaskan ke dalam sirkulasi. Olahraga faktor metabolik yang diinduksi termasuk menurunkan pH, cukup mitokondria respirasi, dan produksi radikal bebas dapat memulai aktivitas proteolitik, menghasilkan peningkatan permeabilitas sel dan memungkinkan Isi seluler untuk memasuki sirkulasi.
Oleh karena itu, peningkatan permeabilitas sel menjelaskan kenaikan tingkat CK serum. Itu respon normal untuk latihan adalah peningkatan di tingkat CK darah, yang dapat mengindikasikan kerusakan otot. Otot nyeri dan pembengkakan juga terkait dengan otot kerusakan dan rhabdomyolysis. Sementara nyeri otot dan pembengkakan yang tidak secara langsung diukur, banyak peserta melaporkan nyeri di hari setelah latihan intensitas tinggi sidang. Perlu dicatat bahwa subjek melakukan tidak melaporkan urin berubah warna dan gejala dari nyeri otot sering hadir di individu tanpa rhabdomyolysis.
Tidak ada standar yang jelas dari tingkat CK khusus menunjukkan rhabdomyolysis. Namun, telah melaporkan bahwa CK tingkat indikasi rhabdomyolysis adalah 881- 1479 U · L-1 , dengan tingkat CK di beberapa kasus rhabdomyolysis melebihi 2000 U · L-1 . Tingkat CK tertinggi diamati di latihan ini adalah 315 U · L-1, baik di bawah tingkat indikasi rhabdomyolysis. Semua peserta dalam penelitian ini dilakukan secara teratur, dan individu yang berpartisipasi dalam berat Latihan secara teratur mengalami peningkatan beristirahat nilai CK. Konstan elevasi di beristirahat tingkat CK membuat interval referensi sulit untuk menentukan. tingkat CK istirahat yang normal adalah variabel tapi dapat berkisar 35-175 U · L-1, penelitian ini mengamati beristirahat tingkat CK di 84,2 ± 48,9 U · L-1.
Tingkat istirahat diamati akan mendukung bahwa peserta melakukan latihan secara teratur. Penelitian ini menggunakan plyometric berdasarkan protokol latihan dengan jumlah terbatas beristirahat. plyometric latihan menginduksi eksentrik kelebihan dari jaringan otot dan memiliki telah terbukti menyebabkan otot yang parah kerusakan, yang dapat meningkatkan risiko rhabdomyolysis. Meskipun risiko kerusakan otot yang parah, latihan plyometric program telah direkomendasikan untuk populasi atletik untuk memperoleh keuntungan kekuatan dan melindungi terhadap kerusakan otot. Mengikuti protokol latihan yang digunakan dalam hal ini studi yang, tingkat CK tidak mencapai tingkat indikasi rhabdomyolysis, mendukung keamanan program berbasis plyometric di individu yang secara teratur terlibat dalam pelatihan olahraga.
Risiko rhabdomyolysis mungkin berikut berbeda berkepanjangan tinggi intensitas latihan anaerobik. Acara seperti maraton dapat mengakibatkan rhabdomyolysis, dan tingkat CK dapat mencapai 20.000 U · L-1 dengan hadir myoglobinuria. pengendara sepeda profesional yang berpartisipasi dalam 21- hari Giro d'Italia road race ditunjukkan tingkat CK meningkat dari awal (188,3 ± 85.1 U · L-1) untuk menyelesaikan (356,7 ± 212,1 U · L-1). CK tidak mencapai tingkat indikasi rhabdomyolysis, dan fungsi ginjal adalah tidak terganggu selama bersepeda ekstrim ini Acara.
Latihan sebelumnya telah menunjukkan bahwa massa tubuh dan massa tubuh tanpa lemak berkorelasi dengan tingkat CK, namun, saat ini latihan tidak mendukung korelasi ini meskipun berat badan tergantung ukuran VO2peak (L · min-1) memiliki korelasi positif dengan tingkat CK. Tidak korelasi ditemukan di lain diukur indikator kebugaran. Sekarang Studi meneliti korelasi antara spidol kebugaran dengan perubahan pasca CK Latihan (respon CK). Individu dengan riwayat ada Latihan selama minimal 6 bulan, memiliki lebih besar meningkatkan kadar CK daripada dibandingkan dengan orang yang terlatih setelah latihan. Rekomendasi menunjukkan bahwa menetap individu harus berolahraga di rendah untuk intensitas moderat untuk menghindari dramatis peningkatan CK serum. Studi menyelidiki tingkat CK dari menetap individu berikut 20 menit dari treadmill berjalan pada 40% dari VO2 max dan 80% dari VO2 max ditemukan kadar CK dari 101,6 ± 43,7 U • L-1 dan 216,4 ± 85,6 U • L-1, masing-masing, menunjukkan hubungan antara CK dan intensitas.
Dengan hasil ini, di bahwa tingkat CK meningkat setelah latihan tetapi tidak mencapai tingkat rhabdomyolysis. Pasca-latihan CK tingkat (126,3 ± 68,8 U • L-1) dari saat ini Studi yang sangat mirip dengan menetap Kelompok berolahraga di 40% dari VO2 max (101,6 ± 43,7 U • L-1) meskipun sejarah biasa latihan dalam peserta dan tinggi pelatihan intensitas plyometric digunakan dalam protokol saat ini. rekomendasi memiliki telah dibuat untuk istirahat antara serangan olahraga untuk menghindari efek peracikan kemungkinan tingkat CK dan untuk memungkinkan tubuh untuk membersihkan komponen yang terkait dengan otot kerusakan.
Tampaknya tingkat CK antara 300 sampai 600 U · L-1 tidak mengganggu fungsi ginjal pada pesepeda yang sangat terlatih, menyiratkan bahwa serangan berulang latihan dilakukan tidak menempatkan individu yang terlatih berisiko untuk rhabdomyolysis. Tingkat CK tertinggi diamati dalam penelitian ini adalah 315 U · L-1 yang di bawah 600 U · L-1 atas membatasi. Dengan demikian, nilai-nilai CK atas 600 U · L-1 mungkin diperlukan sebelum gejala rhabdomyolysis timbul.
Latihan diperlukan untuk menentukan bagaimana protokol latihan yang sama dengan yang digunakan akan mempengaruhi sekelompok individu menetap atau sangat terlatih atlet. Studi ini menunjukkan hanya Efek akut dari pertarungan tunggal latihan dan tidak memperhitungkan efek frekuensi latihan tertentu. Lebih latihan diperlukan untuk menentukan apakah frekuensi protokol ini akan menyebabkan atau tren terhadap tingkat rhabdomyolysis. Mioglobin tidak diukur dalam latihan ini yang merupakan penanda lain rhabdomyolysis. Namun, CK telah terbukti puncak selama waktu 48 jam sedangkan puncak pengukuran myoglobin lebih cepat. Ada juga bertentangan bukti untuk penanda yang lebih akurat rhabdomyolysis antara CK dan mioglobin.
Metode Melakukan Latihan Interval Anaerobik
Lima belas laki-laki recreationally terlatih, berusia 20-35 tahun, direkrut dari universitas local pusat kebugaran mengajukan diri untuk berpartisipasi dalam latihan ini. Semua peserta melaporkan berpartisipasi dalam kegiatan fisik yang berlangsung di Setidaknya 30 menit, 3 atau lebih hari per minggu. Hanya peserta laki-laki yang digunakan dalam hal ini karena perbedaan potensial di CK Tanggapan antara pria dan wanita. Setiap peserta diperintahkan untuk menahan diri dari olahraga berat minimal 24 jam sebelum sidang eksperimental dan 48 jam setelah sidang yang mengarah ke final imbang darah setelah berolahraga. Sebelum menyelesaikan latihan eksperimental sesi, masing-masing peserta menyelesaikan tes kebugaran gaya militer, VO2 puncak tes, ventilasi uji threshold, dan tubuh penilaian komposisi. VO2 uji puncak, ventilasi threshold, dan tubuh Penilaian komposisi diselesaikan selama satu sesi, sementara militer tes kebugaran selesai selama sesi terpisah. Para peserta memiliki tingkat bervariasi dari kebugaran mulai dari adil untuk Menurut unggul relatif puncak VO2 dan miskin untuk unggul sesuai dengan 1,5 mil run.
Setiap peserta menyelesaikan sesi tunggal anaerobik intensitas tinggi pelatihan yang terdiri dari intensitas tinggi plyometrics dan senam. darah menarik terjadi sebelum protokol eksperimental dan 48 jam setelah latihan intensitas tinggi, CK diukur pada kemudian hari. Peserta menyelesaikan maksimal bergradasi tes treadmill setelah setidaknya cepat 3 jam. Latihan dimulai dengan berjalan di 4 mph dan 1% miring dan meningkat 1mph setiap 3 menit sampai ventilasi ambang batas telah terlampaui (RER> 1.0, Usia diperkirakan max HR lebih besar dari 85%, dan kenaikan non-linear di ventilasi), dilanjutkan sampai maksimum upaya kehendak. gas kadaluarsa yang dikumpulkan dan dianalisis menggunakan aliran dan gas dikalibrasi pengukuran metabolic Sistem (TrueOne 2400 petugas medis Parvo; Sandy, UT). ambang batas ventilasi (VT) ditentukan dengan menggunakan V-lereng Metode yang dianalisis oleh Parvo petugas medis software, dan kemudian dikonfirmasi oleh penyidik ​​dengan visual yang inspeksi.
Peserta menyelesaikan hidrostatik beratnya menggunakan Exertech (La Crescent, MN) sel beban elektronik berbasis air beratnya sistem. Peserta diperlukan untuk berpuasa setidaknya empat jam sebelum yang hidrostatik berat. density tubuh ditentukan dari hidrostatik yang berat, dikonversi menjadi lemak tubuh persen menggunakan persamaan Siri yang dikoreksi untuk memperkirakan paru residual volume. Lima ml darah diambil menggunakan Teknik venipuncture dari antecubital vena sebelum anaerobik intensitas tinggi sesi latihan, serta 48 jam setelah sesi, dan digunakan untuk mengukur serum CK tingkat. Empat puluh delapan jam telah terbukti menjadi waktu puncak untuk respon creatine kinase. Sampel darah diizinkan menggumpal selama 30 menit pada suhu kamar. Darah kemudian disentrifugasi pada 2000 rpm untuk memisahkan serum. Serum kemudian dibagi menjadi Aliquot tepat dan disimpan pada -80 ÂșC sampai CK diuji menggunakan kit tersedia secara komersial dari bioassay Sistem (Hayward, CA).
Para peserta menyelesaikan Angkatan Udara tes kebugaran gaya. Tes terdiri dari, di order, maksimal push-up dalam 1 menit, maksimal sit-up dalam 1 menit, dan 1,5 mil
Latihan 1. intensitas tinggi dan dinamis pemanasan.
Pemanasan
Latihan Jarak (m) Keterangan Jog 51,6 Ringan berlari panjang pengadilan dan kembali Tinggi Lutut 25,8 Sementara jogging, angkat lutut melalui untuk berbagai peningkatan gerakan Butt Kicks 25,8 Sementara jogging, membawa tumit ke arah glutes untuk meningkatkan jangkauan gerak Lutut ke dada 12,9 Sambil berjalan, menarik lutut ke dada. Hal ini dilakukan bergantian. Sepak terjang w/sentuhan 12,9 Mengambil langkah meningkat, membawa lutut kembali ke tanah sementara memutar batang tubuh Jongkok dan berputar 12,9 Jauh jongkok kemudian berputar maju ke pengadilan siku ke punggung kaki/hamstring gerak 12,9 Lunge membawa siku ke punggung kaki kaki memimpin, maka bersandar dan menyentuh jari-jari kaki Inch worm / dorongan naik 12,9 Kaki lurus, sedangkan menyentuh jari-jari kaki. Tangan kaki ke push up posisi. Ankle berjalan kaki ke posisi semula. Tinggi tendangan 12,9 Menendang kaki setinggi mungkin, ayunan kaki melalui lebar rentang gerak A-melompat 51,6 Sama seperti tendangan pantat, tetapi dilakukan dengan melewatkan untuk meningkatkan kecepatan Tinggi melompat 51,6 Skip dilakukan untuk ketinggian maksimum tidak dilakukan untuk kecepatan Side-side berlari 51,6 Side acak selama 3 langkah, lalu berbalik dan berlari panjang pengadilan Jog sprint 51,6 Mulai di jogging dan meningkatkan kecepatan untuk sprint 15-20 Februari detik istirahat antara set untuk mencapai 1: 1 bekerja untuk rasio istirahat; 1 menit istirahat di antara latihan.
Latihan Set Time
Baris Jumps (2 kaki) Teruskan 4 15 Jumping atas depan garis untuk kembali secepat mungkin batas lateral 3 20 Jumping sebelah lateral bolak-balik untuk jarak maksimum dan kecepatan Luas Melompat 3 15 Jumping sejauh dan secepat mungkin bola med Squat/Throw Tucks Lutut SS 3 20 Melemparkan bola obat telah setinggi mungkin mulai jongkok posisi, setelah 20 detik telah selesai para peserta harus melompat membawa lutut setinggi mungkin untuk banyak pengulangan mungkin. Med bola Side Melempar 3 20 Mulai dari posisi jongkok, berputar dan melemparkan Obat bola ke dinding, setelah 20 detik peserta beralih untuk sisi berlawanan Burpee 3 20 Mulai dalam posisi push-up, membawa kaki ke mana tangan yang ditempatkan, dan kemudian melompat mitra Push up s 2 20 Peserta berada di seberang dari satu sama lain dalam push up posisi, lanjutkan ke bawah untuk mendorong biasa up tapi pada bagian atas akan menjangkau dan menampar tangan dengan pasangan mereka, bergantian tangan setelah setiap push up. Para peserta diizinkan antara 3-5 menit istirahat antara latihan. Tes push-up maksimal mulai dengan tangan di ekstensi penuh. Itu peserta kemudian turun ke setidaknya 90. Gelar tikungan siku, kemudian berakhir di ekstensi penuh. Peserta diizinkan Sisanya, tetapi harus melakukannya dengan tangan penuh diperpanjang. Tes maksimal sit-up diperlukan peserta untuk menyilangkan tangan di depan dada, dengan tangan diletakkan di mereka bahu. Para peserta harus menyentuh siku sampai pertengahan paha pada setiap pengulangan, dan kaki diadakan selama tes. Itu peserta diizinkan untuk beristirahat di atas posisi sit-up. 1,5 mil berjalan adalah diselesaikan pada 200 m datar lintasan indoor. Para peserta menyelesaikan pertarungan tunggal intensitas tinggi pelatihan anaerobik. Itu sesi menggunakan 1: kerja 1 untuk beristirahat rasio antara setiap set dengan istirahat satu menit antara latihan. Setiap set terdiri dari upaya maksimal mulai dari 15-20 detik. Protokol ini dipilih karena merupakan sama panjang dan struktur untuk lainnya intensitas tinggi umum pelatihan interval protokol.

4.      Latihan fartlek
Sistem latihan fartlek (speed play) di ciptakan oleh Gosta Holmer dari Swedia, adalah suatu sistem latihan daya tahan yang masudnya adalah untuk membangun, mengembalikan atau memlihara kondisi fisik atau tubuh seseorang. Fartlek adalah susatu sistem latihan yang sangat baik untik semua cabang olahraga yang memerlukan daya tahan. Latihan di programkan untuk membina kondisi fisik seseorang atlet menjelang pertandingan untuk mempertahankan daya tahan yang telah dimilikinya.Setelah itu, bentuk latihan itu bermanfaat untuk mengurangi kejenuhan menjelang pertandingan.
Menurut Fox dan Matheus (dalam Sajoto : 213) “Fartlek ialah program latihan Internal Training yang tidak formal yang didalamnya terdapat fast dan slow running yang bergantian. Repetisi Jarak Waktu Istirahat 3 800 meter 160 detik 5 menit 3 600 meter 120 detik 4 menit 3 400 meter 80 detik 3 menit 3 300 meter 60 detik 2 menit. Sedangkan Engkos Kosasih (1985: 18) “fartlekialah kombinasi antara lari pelan dan lari cepat yang bervariasi tanpa melakukan istirahat. Sejalan dengan pernyataan di atas Harsono (1988:156) “Fartlek adalah lari lambat-lambat yang kemudian divariasikan dengan sprint-sprint pendek yang intensif dari lari jarak menengah dengan keceparan yang konstan yang cukup tinggi kemudian di selingi dengan lari sprint dan jogging dan sprint lagi dan seterusnya, jadi variasi tempo lari bisa dimain-mainkan tergantung kondisi atlet”.
Oleh sebab olahraga lari dilakukan di alam terbuka dan lapangan/daerah yang bervariasi dalam topografinya dan dengan pemandangan alam yang berubah-ubah maka akan menciptakan suasana baru alam latihan. Sesuai dengan pernyataan di atas latihan Fartlek dapat meningkatkan performan atlet dengan bentuk daerah yang bervariasi dan berubah-ubah yang dapat menghilangkan kebosanan latihan sehingga mengurangi kelelahan dan meningkatkan stamina dan kekuatan dengan adanya trektrek lari.
Harsono (1988:156) mengatakan “Fartlek adalah kerja pada tingkat aerrobik, yang dimana pemasukan (supplay) oksigen masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot”. Dari pemaparan dan pendapat para ahli diatas latihan Fartlek sangat berpengaruh sekali terhadap kemampuan daya tahan khususnya daya tahan Cardiovaskuler sehingga dapat meningkatkan kapasitas paru dalam menampung oksigen secara maksimal, akibatnya pembentukan energi dalam tubuh semaik baik.Selain itu pula dapat menghilangkan kejenuhan latihan sehingga kelelahan dapat dikurangi.
Latihan fartlek (speed play) di ciptakan oleh Gosta Holmer dari Swedia, adalah suatu sistem latihan daya tahan yang masudnya adalah untuk membangun, mengembalikan atau memlihara kondisi fisik atau tubuh seseorang. Sedangkan Engkos Kosasih (1985: 18) “fartlek ialah kombinasi antara lari pelan dan lari cepat yang bervariasi tanpa melakukan istirahat. Sejalan dengan pernyataan di atas Harsono (1988:156) “Fartlek adalah lari lambat-lambat yang kemudian divariasikan dengan sprint-sprint pendek yang intensif dari lari jarak menengah dengan keceparan yang konstan yang cukup tinggi kemudian di selingi dengan lari sprint dan jogging dan sprint lagi dan seterusnya, jadi variasi tempo lari bisa dimain-mainkan tergantung kondisi atlet.
Latihan ini bertujuan untuk melatih atlet dalam hal daya tahan Cardiovaskuler. karena olahraga senantiasa melakukan gerakan-gerakan yang memaksa kerja jantung dan energi bekerja dengan cepat dalam penyampaian energi kejaringan otot sehingga dengan keteraturan latihan dapat melatih perubahan asam laktat dengan cepat dalam tubuh atlet dan mempercepat pemulihan kembali glukosa dari penumpukan asam laktat tarakumulasi oleh hati sebagai pembayaran oksogen yang terpakai selama berlatih.
Ada beberapa tujuan dari latihan fatlek adalah sebagai berikut:
1.      Membina serta menningkatkan keupayaan sisten aerobik dann anaerobic
2.      Meningkatkan serta mengekalkan daya tahan kardiovaskular atlit
3.      Menningkatkan daya tahan otot.
Sistem  tenaga yang banyak diperlukan dalam menjalankan aktiviti fartlek ini ialah sistem tenaga :
1.      Sistem tenaga aerobik (sebagai tenaga dominan)
2.      ATP – PC
3.      Asid laktat
Latihan Fartlek mengembangkan sistem anaerob karena latihan ini merupakan latihan untuk melatih day tahan atlet. Sistem energi anaerob dengan bahan bakar kareaton phospat dan dengan cepat memindahkan gugus fosfit energi tinggi kepada ADP untuk menghasilkan ATP, hal ini berlangsung kurang lebih 5-7 detik. Sistem snergi ini 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan proses anaerog (A. Purba 1996: 8). Produk akhir dari peristiwa anaerob adalah asam laktat, penumpukan asam laktat ini secara berlahanlahan akan diubah kembali menjadi glukosa oleh hati. Latihan ini bertujuan untuk melatih atlet dalam hal daya tahan Cardiovaskuler karena olahraga yang memerlukan daya tahan itu memaksa kerja jantung dan energi bekerja dengan cepat dalam penyampaian energi kejaringan otot sehingga dengan keteraturan latihan dapat melatih perubahan asam laktat dengan cepat dalam tubuh atlet dan mempercepat pemulihan kembali glukosa dari penumpukan asam laktat tarakumulasi oleh hati sebagai pembayaran oksogen yang terpakai selama berlatih
Cara latihan fatlek
1.      Pemanasan dengan lari 5 sampai 10 menit
2.      Lari cepat secara konsisiten meliputi jarak 1,4 mill
3.      Jalan cepat selama 5 menit
4.      Lari biasa dengan diselingi latihan loncatan 3-4 kali
5.      Lari dengan kecepatan penuh ke atas bukit 50-100 meter
6.      Lari menuruni bukit dengan jarak sama diakiri lari kelilingi lapangan 1 sampai 5 kali
7.      Total estimasi waktu 45 menit
latihan fatlek sebenarnya latihan bebas tetapi dalam penerapanya di brikan beberapa fariasi latihan tujuan llatihan daya tahan dan daya tahan otot. Lari secara terus-menerus: Latihan ini dapat memeperbaikai keseimbangan antara pengeluaran tenaga dan pengambilan oksigen selama berlangsungnya latihan. Latihan ini dilakukan diatas tanah yang tidak terlalu bergelombang: lari 5 sampai 20 km dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang sedang tanpa adanya perubahan kecepatan langkah secara tiba-tiba. (catatan: denyut nadi tidak boleh lebih dari 150 permenit). Lari dengan kecepatan dan jarak yang bervariasi: Olah raga ini dapat memperlancar dan memperbaiki ketahanan organ-organ tubuh dan bagian-bagian lain dari tubuh si pelari. Latihan sebaiknya di tanah lapang yang sangat bervariasi yaitu kira-kira 10-12 km. lari lambat diutamakan. Walaupun demikian, lari-lari yang berfariasi  sebaiknya diperpanjang pada kecepatan yangs sedang 200-600meter. lari cepat 100-150 meter, lari dipercepat 25-50 meter, edan lari naik turun 40-80 meter. Lari-lari dan variasi yang berganti-ganti seperti ini diselingi dengan jalan sewaktu-waktu.
Lari Di Bukit-bukit: Tujuan lari mendaki ini ialah agar mendapatkanotot-otot yang kuat. Macam-macam lari dibukit-bukit:
(1) Lari jarak pendek 30-60 meter dilakukan di tempat yang curam dilakukan 5-10 kali dengan istirahat cukup. Tujuannya untuk memperbaiki tenaga dan kecepatan.
(2) Lari jarak sedang: Menempuh jarak 60-80 meter. Tidak dilakukan di tempat yang terlalu curam
(3) Lari jarak panjang: 100-150 meter. melalui lereng-lereng yang tidak curam jarak pelari yang satu dengan yang lainnya berdekatan tapi tanpa adanya rasa ketegangan yang berlebihan. Dilakukan 15-20 kali. diselingi dengan istirahat yang pendek tetapi aktif. Hal ini akan menambah daya tahan organ tubuh.
(4) Lari disekitar bukit-bukit: 400-800 meter naik turun bukit.

5.      Lactate threshold trining
Ketika kamu berlari semakin cepat, tubuh akan menggunakan lebih banyak sistem anaerobic dibandingkan aerobic  (sistem tubuh untuk mendukung kinerja otot menggunakan persediaan oksigen). Sistem anarobik membantu otot dan menghasilkan energi menggunakan glycolysis – fermentasi otot yang memproduksi hasil sampingan lactic acid. Banyak pelari bingung membedakan antara anaerobic dan lactate thresholds. Kedua istilah ini, walaupun mirip, tidak bisa digunakan untuk substitusi satu sama lain. Istilah anaerobic threshold dan lactate threshold menggambarkan titik berbeda dalam kurva laktasi. Ambang batas laktat adalah titik dimana lactic acid mau mulai berakumulasi. Sedangkan ambang batas anarobik adalah titik ketika asam laktat berakumulasi dalam aliran darah dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk membuangnya – biasanya dengan laju sekitar 4 mmol/L dari lactate.
Selama hampir 50 tahun terakhir, kurva laktat darah dan ambang laktat (LTs) telah menjadi penting dalam diagnosis kinerja daya tahan. Perdebatan sengit dan berkelanjutan muncul, yang terutama didasarkan pada terminologi dan / atau latar belakang fisiologis konsep LT. Tinjauan ini bertujuan mengevaluasi LTs berkenaan dengan validitas mereka dalam menilai kemampuan daya tahan. Selain itu, konsep LT harus diintegrasikan dalam 'aerobik-anaerobik transisi' - suatu kerangka yang telah sering digunakan untuk kinerja diagnosis dan intensitas resep di olahraga daya tahan.Biasanya, dinilai tes latihan tambahan, memunculkan kenaikan eksponensial dalam konsentrasi laktat darah (BLA), yang digunakan untuk sampai pada kurva laktat.
Pergeseran kurva laktat tersebut menunjukkan perubahan dalam kapasitas daya tahan. pendekatan yang sangat global, bagaimanapun, terhalang oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat laktat secara keseluruhan. Selain itu, penggunaan eksklusif dari seluruh kurva mengarah ke beberapa ketidakpastian besarnya daya tahan keuntungan, yang tidak dapat tepat diperkirakan. Kekurangan ini mungkin dihilangkan dengan menggunakan LTs.
Transisi aerobik-anaerobik dapat berfungsi sebagai dasar untuk menilai secara individual kinerja daya tahan serta untuk resep intensitas dalam pelatihan daya tahan. Selain itu, beberapa pendekatan LT dapat terintegrasi dalam kerangka ini. Model ini terdiri dari dua breakpoint khas yang berlalu selama latihan tambahan: intensitas di mana bla mulai naik di atas tingkat dasar dan intensitas tertinggi di mana produksi laktat dan eliminasi berada dalam kesetimbangan (maksimal laktat steady state [MLSS]).
Dalam ulasan ini, LTs dianggap indikator kinerja yang valid ketika ada linear korelasi kuat dengan (simulasi) kinerja daya tahan. Selain itu, hubungan dekat antara LT dan MLSS menunjukkan validitas mengenai resep intensitas pelatihan. Sebanyak 25 konsep LT berbeda berada. Semua konsep dibagi menjadi tiga kategori. Beberapa penulis menggunakan fixed bla selama latihan tambahan untuk menilai kinerja daya tahan (kategori 1). konsep LT lainnya bertujuan mendeteksi kenaikan pertama dalam BLA di atas tingkat dasar (kategori 2). Kategori ketiga terdiri dari konsep threshold yang bertujuan mendeteksi baik MLSS atau / perubahan nyata cepat dalam kemiringan kurva lktat darah (kategori 3).
Tiga puluh dua studi mengevaluasi hubungan LTs dengan kinerja dalam (sebagian simulasi) acara ketahanan. Sebagian besar penelitian yang dilaporkan korelasi linear yang kuat, terutama untuk menjalankan kegiatan, menunjukkan persentase yang tinggi dari varian umum antara LT dan kinerja daya tahan. Selain itu, ada bukti bahwa beberapa LTs dapat memperkirakan MLSS. Namun, dari sudut pandang praktis dan statistik pandang itu akan menarik untuk mengetahui variabilitas perbedaan individu antara ambang batas masing-masing dan MLSS, yang jarang dilaporkan.
Meskipun ada perdebatan sering dan kontroversial pada fenomena LT selama tiga dekade terakhir, banyak studi ilmiah telah berurusan dengan konsep LT, nilai mereka dalam menilai kinerja daya tahan atau di resep intensitas latihan dalam pelatihan daya tahan. Kerangka kerja ini disajikan dapat membantu untuk mengklarifikasi beberapa aspek dari kontroversi dan dapat memberikan alasan untuk diagnosis kinerja dan resep pelatihan dalam penelitian masa depan serta dalam praktek olahraga.
Metode Penerapan Lactate Threshold
Ada 2 zona thresholds (anaerobic threshold dan lactate threshold) dan untuk menjelaskan metode penerapan Lactate Threshold yang akan menjelaskan perbedaan kedua zona ini.
1.         Zona 1: Anaerobic Threshold
Anaerobic threshold  atau ambang batas anarobik seringkali diartikan sebagai level dimana intensitas olahraga mengakibatkan lactic acid (asam laktat) berakumulasi dalam aliran darah dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan waktu untuk membuangnya dari aliran darah. Muscular acidosis (turunnya kadar pH otot akibat akumulasi ion hidrogen dalam jaringan) menyebabkan perasaan terbakar pada kaki – memberitahukan pelari bahwa mereka sedang berlari di ujung anaerobic threshold. Kata anarobik berarti ‘tanpa oksigen’  dan dalam dunia ilmiah olahraga kata ini menjelaskan jenis aktifitas peningkatan kekuatan dan bukan latihan daya tahan. Jadi, ketika seorang pelari jarak jauh berlari dalam keadaan anaerobic thresholdsecara benar, tubuhnya memproduksi lactic acid lebih cepat dari kemampuan untuk mengeluarkannya dari aliran darah.
Meningkatkan ambang batas anarobik sangat penting bagi pelari yang sering berlomba karena akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk berlari lebih kencang sebelum lactic acid dan kelelahan melanda. Atlet yang berlomba di jarak 1500 meters sampai jarak maraton disarankan untuk menyertakan sesi anaerobic threshold dalam program latihan mereka.
a.      Sesi anaerobic threshold
Tempo runs dan interval dalam intensitas tempo adalah contoh latihan  yang dapat meningkatkan anaerobic threshold seseorang. Tempo runs dilakukan pada kecepatan dimana seorang pelari dapat berlari terus selama 60 menit, dan dilakukan selama 20-40 menit. Interval tempo memiliki kecepatan yang sama dengan tempo run, namun dilakukan dalam beberapa sesi. Contohnya, bila minggu lalu kamu berlatih tempo run selama 40 menit, maka minggu ini kamu akan berlatih interval tempo dengan berlari 4 x 10 menit ditambah istirahat beberapa menit diantara interval. Interval tempo mendukung pelari untuk mencapai anaerobic threshold tapi dengan beban stres tubuh yang lebih rendah dibanding tempo run biasa.
b.      Kecepatan anaerobic threshold?
Menentukankecepatan yang tepat untuk anaerobic threshold merupakan perhitungan matematika. Bagi pelari yangmenyelesaikan 10K dalam waktu 1 jam, kecepatan ambang batas anarobik mereka adalah kecepatan 10K tersebut. Sedangkan pelari yang menyelesaikan 10K dalam 50 menit, anaerobic threshold mereka adalah kecepatan 10K ditambah sekitar 10 detik per kilometer, begitu seterusnya. Seiring meningkatnya level kebugaran yang tingkat kecepatan alami tubuh akibat latihan yang konsisten, kecepatan threshold juga akan naik perlahan-lahan.Walaupun seringkali sangat sulit untuk menahan diri agar tidak berlari sekencang mungkin setiap kali kita berlatih, terlalu memaksakan anaerobic threshold malah akan membuat latihan tersebut kurang efektif.
2.         Zona 2: Lactate Threshold
Ketika kamu berlari semakin cepat, tubuh akan menggunakan lebih banyak sistem anaerobic dibandingkan aerobic  (sistem tubuh untuk mendukung kinerja otot menggunakan persediaan oksigen). Sistem anarobik membantu otot dan menghasilkan energi menggunakan glycolysis – fermentasi otot yang memproduksi hasil sampingan lacticacid. Banyak pelari bingung membedakan antara anaerobic dan lactate thresholds. Kedua istilah ini, walaupun mirip, tidak bisa digunakan untuk substitusi satu sama lain. Istilah anaerobic threshold dan lactate threshold menggambarkan titik berbeda dalam kurva laktasi. Ambang batas laktat adalah titik dimana lactic acid mau mulai berakumulasi. Sedangkan ambang batas anarobik adalah titik ketika asam laktat berakumulasi dalam aliran darah dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk membuangnya – biasanya dengan laju sekitar 4 mmol/L dari lactate.
a.      Sesi latihan lactate threshold
Perbedaan antara latihan untuk mencapai keadaan lactate threshold dan anaerobic threshold dapat dikalkulasikan. Latihan yang meningkatkan ambang batas laktasi dilakukan di tingkat 85%-91% dari anaerobic threshold, 66%-75% dari VO2 max atau 71%-75% dari detak jantung maksimum.
Tingkat intensitas ambang batas laktat berada sedikit lebih rendah dari ambang batas anarobik, sehingga terasa agak lebih mudah ketika dilakukan dalam sesi singkat. Latihan ini memungkinkan kita untuk melakukannya dalam beberapa pembagian dan dalam durasi lebih panjang Pada dasarnya, latihan berdurasi panjang untuk daya tahan atau latihan kecepatan sederhana dapat membantu kita meningkatkan lactate threshold.
b.      Model latihan lactate threshold
1.      Interval
Yang dimaksud dengan latihan interval atau dengan nama lain "HIIT" (High-Intensity Interval Training) adalah berlari berganti-ganti pace, sprint dan santai, dengan interval tertentu. Interval dapat berpatok pada suatu jarak atau lap, dan waktu. Model latihan interval berpatok pada waktu sebagai berikut;(1) lari jogging dengan intensitas sedang sampai dengan tinggi (85%-91%) dari VO2 max. (2) dilakukan selama 25 menit dengan waktu istirahat (recovery) 1 menit tiap 5 menit saat jogging, jadi ketika jogging selama 5 menit maka selanjutnya jalan kaki 1 menit. Setelah itu jogging lagi 5 menit lalu jalan lagi 1 menit terus seperti itu sampai 5 menit terakhir.
2.      Hill Repeat
Hill repeat adalah latihan pada jalan dengan kemiringan secara berulang dalam satu sesi. Caranya, lari menanjak secepatnya, lalu menurun dengan santai untuk pemulihan. Jumlah repetisi tergantung pada panjang dan kecuraman tanjakan, semakin mudah menuju puncak semakin banyak repetisinya.
Lari pada tanjakan atau turunan memberi beban yang cukup besar pada kaki dan seluruh tubuh secara mekanis juga secara metabolikal. Menanjak akan memberi beban pada otot kaki yang mendorongan ke belakang, sementara gerakan menurun akan membebani otot pendorong ke depan dan daya tampung impuls kaki. Selain meningkatkan VO2MAX latihan hill repeat juga merangsang tubuh untuk menbentuk jaringan otot pada kaki. Semakin cepat larinya, semakin terangsang pertumbuhan jaringannya.
3.      Tempo Run
Tempo Run adalah berlari dengan intensitas yang cukup tinggi, namun dilakukan dalam jarak waktu yang lama. Pace untuk fase lari cepat adalah yang "keras tapi nyaman", jadi batas kekuatan sudah memasuki Lactate Threshold, sedikit di atas batas kekuatan fungsional. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penghasilan tenaga kaki dan untuk melatih mental menghadapi kelelahan dan penumpukan asam laktat. Latihan ini dapat dilakukan dengan pace konstan secara kontinu, ataupun dengan pola interval.
Untuk Tempo run pace konstan, biasanya berupa persiapan race pace, yaitu dengan pace target saat lomba pada jarak tertentu, dengan jarak latihan yang lebih singkat dari jarak lombanya. Contoh, Tempo run 7 km untuk persiapan 10k, Tempo run 14 km untuk persiapan Half-marathon, dan Tempo run 26 km untuk persiapan marathon. Perlu dibedakan dari long run karena tempo run jaraknya lebih pendek dan intensitasnya lebih tinggi. Untuk pola interval, bisa dengan jarak per interval yang lebih jauh dari HIIT. Misal, 1600 m, dengan repetisi 3x yang diselingi jogging, atau lebih dikenal sebagai 3x1600 m. Jarak ini baik untuk persiapan 5k, sementara untuk 10k bisa juga menggunakan 3x3200m. Bisa juga dibuat jarak tiap repeitisnya berubah (pola piramida), seperti 1km-2km-3km-4km. Semua pilihan di atas tergantung berdasarkan tujuan latihan dan kesesuaian pribadi.





BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Daya  tahan  adalah  kemampuan  seseorang  untuk melakukan  kerja  dalam waktu yang relatif lama. Beberapa model latihan untuk meningkatkan daya tahan,antara lain yaitu : Continous training adalah salah satu aktivitas latihan daya tahan cardiorespiratory yang bertujuan untuk meningkatkan VO2max. High intensity aerobik interval merupakan tipe latihan yang pelaksanaannya di atas batas asam laktat, mendekati terhadap volume oksigen maksimal dan dilakukan mendekati titik lelah kita. Latihan Interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox,E.L,1984; Smith,N.J,1983), atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan pada periode istirahat ini (Fox, Bowers & Foss, 1984; Fox & Mathews, 1981). Latihan fartlek (speed play) di ciptakan oleh Gosta Holmer dari Swedia, adalah suatu sistem latihan daya tahan yang masudnya adalah untuk membangun, mengembalikan atau memlihara kondisi fisik atau tubuh seseorang. Fartlek adalah susatu sistem latihan yang sangat baik untik semua cabang olahraga yang memerlukan daya tahan. Dan lactate threshold trining atau ambang batas anarobik seringkali diartikan sebagai level dimana intensitas olahraga mengakibatkan lactic acid (asam laktat) berakumulasi dalam aliran darah dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan waktu untuk membuangnya dari aliran darah.




DAFTAR PUSTAKA


Joyner, M.J., & Coyle, E.F. 2008. Endurance exercise performance: The physiology of champions. Journal of Physiology, 586 (1), 35-44.
McPartland, Darren; Pree, Adrian; Malpeli, Robert; Telford, Amanda (2010). Nelson Physical Education Studies For WA. Australia: Nelson
Podstawski,Robert.MaƄkowski, Stefan.And Raczkowski, Marek .2014.The Level Of Strength And Endurance-Strength Abilities Of The Female Early Education Teachers As     Examined By The Medicine Ball Forward Throw And The 3 Min.forum penelitian,2014 (5): 2.
Kumar paul, dan Babu, S. 2014. Effect of Continuous Running Fartlek and Interval Training on Speed and Coordination among Male Soccer Players. Forum penelitian, 2014, 1:34
Daussin, F.N., et al. 2008. Effect of interval versus continuous training on cardiorespiratory and mitochondrial functions: relationship to aerobic performance improvements in sedentary subjects. American Journal of Physiology: Regulatory, Integrative and Comparative Physiology, 295, R264-72.
Joyner, M.J., & Coyle, E.F. 2008. Endurance exercise performance: The physiology of champions. Journal of Physiology, 586 (1), 35-44.
Daussin, F.N., et al. 2008. Effect of interval versus continuous training on cardiorespiratory and mitochondrial functions: relationship to aerobic performance improvements in sedentary subjects. American Journal of Physiology: Regulatory, Integrative and Comparative Physiology, 295, R264-72.
Kuno Hottenrott , Sebastian Ludyga, and Stephan Schulze. Department of Sport Science and 2 Institute of Performance Diagnostics and Health Promotion, Martin-Luther-University Halle-Wittenberg, Germany.Effects of high intensity training and continuous endurance training on aerobiccapacity and body composition in recreationally active runners.
Ballantyne, craig. 2011. Interval Training: Sport-Specific Conditioning. _.:_.
Kravit, Len. 2014. Acsm Information On High-Intensity Interval Training. Forum Penelitian. _(1):1-2.


   


    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar