TUGAS AKHIR SEMESTER 2
PRINSIP DAN KOMPONEN
LATIHAN
MATA KULIAH KEPELATIHAN
KONDISI FISIK DASAR
OLEH
:
PARAMITA
SETYANI SASMITA
NIM.150631600997
PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGRI MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Prestasi atlet diberbagai
cabang olahraga dapat diraih melalui latihan yang teratur, peningkatan sarana
prasarana pendukung, serta peningkatan pelatih yangberkualitas dan
berpengalaman. Prestasi dan kualitas atlet diberbagai cabangolahraga harus
ditingkatkan, agar tidak mengalami penurunan. Saat ini saja,prestasi Indonesia
baik di tingkat nasional maupun internasional mengalamipenurunan. Contohnya
saja dalam tradisi meraih emas Olimpiade Indonesia yangsudah dimulai sejak tahun 1992 harus terhenti di ajang Olimpiade
London.Bulutangkis yang selama
ini menjadi tumpuan meraih medali emas tidak menempatkan satu wakilpun di
babak final. Terhentinya tradisi emas di cabangbulutangkis masih ditambah
perilaku tidak etis dan mencederai sportifitas yangditunjukkan para atlitnya.
Ganda putri Indonesia Greysia Polii dan MelianaJauhari harus angkat koper setelah main sabun dengan ganda Korea
Selatan.Selain ganda Indonesia 6
pemain lainnya adalah ganda Korea Selatan Ha Jung-eun/Kim Min-jung dan Kim
Ha-na/Jung Kyung-eun dan
ganda China uYang/Wang Xiaoli. Federasi Badminton Dunia (BWF) memutuskan bahwakedelapan atlet badminton, yang merupakan pemain ganda
puteri dari Tiongkok,
Korea Selatan dan Indonesia melanggar tata
tertib untuk “tidak menggunakansalah satu upaya terbaik seseorang guna memenangkan
pertandingan” dan“berperilaku dalam cara yang jelas
jelas merugikan pertandingan olahraga
itu”. Tidak hanya bulutangkis,
atlet cabang lainnya juga semakin menurun prestasinya,seperti sepakbola, bola
voli, basket, serta olahraga lainnya. Seharusnya hal ini dapat menjadikan suatu
pengalaman berharga supaya tidak ada lagi prestasi atlet yang mengecewakan.
Latihan adalah suatu proses yang sistematis yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan
semakin hari menambah jumlah beban latihan. Latihan kondisi fisik memegang
perenan sangat penting dalam program latihan atlet. Istilah latihan kondisi
fisik, mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis,
berencana dan progresif.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
fungsional dari seluruh system tubuh, dengan demikian prestasi atlet akan
semakin meningkat. Faktor utama dalam latihan adalah dilakukan secara
berulang-ulang dan peningkatan beban dilakukan berulang-ulang kekuatan dan daya
tahan otot. Para ahli mengatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang
direncanakan untuk mengmbangkan keterampilan olahraga yang kompleks dengan
memakai isi latihan, metode latihan dan tindakan-tindakan organisasional yang
sesuai dengan maksud dan tujuan-tujuan akan dijelaskan lebih lanjut dalam
pembahasan.
RUMUSAN MASALAH
1.
PRINSIP LATIHAN ?
2. KOMPONEN
LATIHAN ?
3. MODEL
LATIHAN KARDIO ?
4. MODEL
LATIHAN KEKUATAN ?
5. MODEL
LATIHAN KECEPATAN ?
6. MODEL
LATIHAN KELINCAHAN ?
7. MODEL
LATIHAN KESEIMBANGAN ?
8. MODEL
LATIHAN FLEKSIBILITAS ?
9.
MODEL LATIHAN KOORDINASI ?
TUJUAN
1.
MENGETAHUI PRINSIP
LATIHAN
2. MENGETAHUI
KOMPONEN LATIHAN
3. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN KARDIO
4. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN KEKUATAN
5. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN KECEPATAN
6. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN KELINCAHAN
7. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN KESEIMBANGAN
8. MENGETAHUI
MODEL LATIHAN FLEKSIBILITAS
9.
MENGETAHUI MODEL LATIHAN
KOORDINASI
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PRINSIP
LATIHAN
a. Over
load/beban berlebih
Over
load/beban berlebih adalah pemberian beban harus melebihi kebiasaan kegiatan
sehari-hari, atau di atas batas ambang rangsangan atlet. Apabila beban yang
diberikan terlalu ringan, maka tidak akan ada peningkatan dalam latihan dan
tentunya prestasi tidak akan meningkat.
Untuk memperbaiki kebugaran atlet dibutuhkan suatu
peningkatan beban latihan yang akan meningkatkan kebugaran atlet, beban
berlebih juga memiliki fungsi lain sebagai suatu stimulus dan mendatangkan
suatu respon dari tubuh. Namun apabila beban latihan lebih berat daripada beban
normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan, sehingga tingkat
kebu-garan akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran normal. Jika pembebanan optimal maka kebugaran akan meningkat lebih tinggi
daripada tingkat sebelumnya.
b. Spesialisasi
Spesialisasi
adalah pemberian beban latihan yang sesuai dengan pengelompokan spesifiknya, agar
dapat mengembangkan biomotorik pada olahraga yang dilatih. Spesialisasi berarti
mencurahkan segala kemampuan pada satu cabang, dan diberikan setelah melewati
fase latihan yang menyeluruh (multilateral).
Bompa
menganjurkan bahwa latihan harus didasarkan pada dua hal, yaitu: – melakukan
latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut –
melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik
yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut.
c. Individu
Individu
adalah pemberian beban latihan yang sesuai dengan kemampuan adaptasi, potensi,
serta karakteristik dari atlet. Setiap individu mempunyai batas-batasan
kemampuan masing-masing, maka harus diperlakukan secra individual.
Dalam
latihan reaksi masing-masing atlet pada suatu rangsangan latihan terjadi dengan
cara yang berbeda, maka perencanaan latihan harus dibuat berdasarkan perbedaan
individu, yaitu : kemampuan, kebutuhan, dan potensi. Selain hal tersebut juga
harus mempertimbangkan faktor usia (kronologis dan usia biologis) atlet,
pengalaman dalam olahraga, tingkat ketrampilan, status kesehatan, kapasitas
beban latihan dan pemulihan, tipe antropomerik dan sistem syaraf, dan perbedaan
seksual. Dari faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa program latihan yang
efektif hanya cocok untuk individu yang direncakaan, tidak ada program latihan
yang dapat disalin secara utuh dari individu untuk individu lain.
d. Variasi
adalah pemberian beban latihan secara bervariasi, bertujuan agar tidak bosan
dalam berlatih. Latihan dengan pengulangan yang sama seringkali menimbulkan
kebosanan. Dengan variasi latihan yang berkala memungkinkan atlet untuk lebih
bersemangat dalam latihan, karena atlet merasa bahwa ada yang suatu yang baru
untuk dijalani
e. Beban
bertambah/progresif
Beban
bertambah/progresif adalah pemberian beban latihan yang meningkat, dilakukan dengan
meningkatkan beban secara bertahap dalam program latihan : memanipulatif
intensitas, repetisi, dan durasi latihan.
f.
Reversibilitas
Revesibilitas
Penelitian saun dkk (pyke : 1991) menemukan bahwa tiga minggu istirahat akan
menurunkan VO2 max sebesar 25%. Untuk kembali ke kondisi semula dibutuhkan
waktu 4-6 minggu latihan.
Jadi
apabila jangka istirahat berlatih terlalu lama, kondisi tubuh akan kembali ke
keadaan semula saat belum melakukan latihan atau kondisinya tidak akan
meningkat. Dan untuk meningkatkannya kembali membutuhkan waktu yang berkatih
yang kebih lama.Hukum Reversibilitas (Law of Reversibility) Hukum ini adalah
bahwa tingkat kebugaran akan menurun jika pembebanan latihan tidak dilanjutkan
(continued). Ada istilah bahwa “if you don’t use it, you lose it“.
g. Recovery
Recoveri
adalah pemberian istirahat/waktu pemulihan yang cukup sesuai dengan prinsip
individu. Pemberian waktu istirahat atau pemulihan harus cukup sesuai latihan
agar regeneresai tubuh dan dampak latihan dapat dimaksimalkan. Lamanya
pemulihan tergantung dari kelelahan yang dirasakan atlit akibat
stimulus/latihan sebelumnya.
h. Partisipasi
aktif adalah kemauan untuk menjalankan program latihan dengan sungguh-sungguh,
tidak pasif/hanya aktif ketika ada pelatih.
i.
Over training adalah keadaan
tubuh yang lelah untuk melakukan pemulihan, dikarenakan latihan yang melebihi
kemampuan.
j.
Perkembangan multilateral
Perkembangan
multilateral adalah pemberian latihan secara menyeluruh kepada atlet. Pengembangan
menyeluruh ini berkaitan dengan keterampilan gerak secara umum (general motor
ability) dan pengembangan kebugaran sebagai tujuan utama yang terjadi pada
bagian awal dari perencanaan latihan tahunan.
Prinsip
ini harus menjadi focus utama dalam melatih anak-anak dan atlet junior. Hal ini
adalah merupakan langkah pertama dari rangkaian pendekatan untuk latihan
olahraga (prestasi).Prinsip perkembangan multilateral atau menyeluruh sebaiknya
diterapkan pada atlet-atlet usia muda. Pada permulaan belajar mereka harus
dilibatkan dalam beragam kegiatan agar demikian mereka memiliki dasar yang
lebih kokoh guna menunjang spesialisnya kelak.
Berdasarkan teori tersebut, pelatih sebaiknya
jangan terlalu membatasi atlet dalam program latihan yang menjurus pada
perkembangan spesialisasi yang sempit di masa usia terlalu dini. Prinsip
multilateral ini telah dianut banyak atlet didunia, antara lain bruce jenner,
juara dasa lomba Olimpiade Montreal, Nadia Comanecl, pesenam nadal dari
Rumania.
2.
KOMPONEN
LATIHAN
a.
Volume
Volume latihan Chu (1989:13) dijelaskan, “Volume is the total work
performed is single work art session or cycle”. Sedangkan mengenai pentingnya
volume latihan oleh Bompa (1993:57) dikatakan, “As an athlete approaches the
stage of high performance, the overall volume training becomes more important”.
Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap latihan harus memperhatikan volume selain
dari intensitas latihannya.
Volume
latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya
suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set, dan
panjang jarak yang ditempuh. Ini sesuai pada dasarnya volume latihan
meliputi unsur-unsur : waktu atau lama latihan, jarak tempuh atau berat beban,
jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Volume
latihan berkaitan dengan prinsip individu, karena volume latihan antara atlet
dengan atlet yang lainnya tidak sama. Atlet pemula tidak bisa dilatih dengan
volume yang sama dengan seniornya.
b.
Intensitas
Intensitas
latihan oleh MRR Forus(1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan
beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort
involved in performing a given task”. Jadi intensitas latihan adalah besarnya
beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui
suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut
jantungnya.
Untuk
olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20
tahun tersebut taakaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah
80%-90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit. Untuk olahraga
kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun
yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaaran intensitas latihannya
sebaiknya adalah70%-85% kali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut
nadi/menit. Lamanya berlatih di dalam training zone :
1.Untuk
olahraga prestasi: 45 -120 menit
2.Untuk
olahraga kesehatan: 20 -30 menit.
Cara mengukur intensitas ini oleh
Katch dan Mc Ardle (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur
dengan berbagai cara, yang paling mudah adalah dengan cara mengukur denyut
jantung (heart rate)”. Selanjutnya Katch dan Mc Ardle(1988:116) menjelaskan: Intensitas latihan dapat diukur dengan
cara menghitung denyut jantung/nadi dengan rumus: denyut nadu meksimum (DNM) =
220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 –
20 = 200.
Ukuran intensitas latihan dapat
ditentukan oleh:
a.
One Repetition Maximum (1 RM)
adalah
kemampuan melakukan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali
kerja.
b.
Denyut Jantung Per Menit
Dihitung
atas dasar usia olahragawan dan denyut jatung istirahat (dihitung pada saat
pagi hari, yaitu setelah tidur). Untuk menentukan intensitas berdasarkan
kenaikan denyut jantung dipergunakan grafik yang disebut Training Zone, yaitu
dengan menghitung berapa % dari denyut jantung maksimum (MHR: Maximum Heart
Rate).
c.
Kecepatan (WaktuTempuh)
Adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu tertentu untuk menempuh jarak
tertentu.
d.
Jarak tempuh
Adalah
kemampuan seseorang dalam menempuh jarak tertentu dengan waktu tertentu.
e.
Jumlah Repetisi (Ulangan) Per Menit
Adalah
jumlah repetisi (ulangan) yang dapat dilakukan seseorang dalam waktu satu menit.
f.
Lama Recovery dan Interval
Lama
singkatnya pemberian waktu untuk recovery dan interval pada umumnya digunakan
untuk menentukan intensitas latihan teknik. Secara progresif menambahkan beban
kerja, jumlah pengulangan gerakan (repetition), serta kadar dari repetisi.
Intensitas
latihan berkaitan dengan durasi, jika intensitasnya tinggi maka durasi latihan
pendek dan jika intensitasnya rendah maka durasinya lama. Untuk meningkatkan
kemampuan besarnya beban yang diberikan pada atlet harus overload.
c.
Frekuensi
Frekuensi latihan adalah jumlah
latihan dalam periode tertentu. Frekuensi sendiri adalah ulangan gerak berapa
kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran. Sehingga ada istilah Frekuensi
latihan tinggi dan frekuensi latihan rendah. Frekuensi latihan tinggi yaitu
berarti ulangan gerak yang banyak dalam satu kali giliran, sedangkan frekuensi
latihan rendah berarti ulangan geraknya sedikit dalam satu kali giliran. Namun
kebanyakan frekuensi latihan diartikan/dipahami berapa kali latihan
(jumlah latihan) perhari atau berapa hari latihan (jumlah latihan)
perminggunya. Contoh latihan sepakbola setiap hari senin, rabu dan sabtu (
frekuensi dalam seminggu). Contoh lain latihan sepakbola setiap pagi dan sore
(frekuensi dalam hari)
Frekuensi latihan yang dapat
dilakukan dapat beberapa kali dalam sehari sampai dengan 5 kali dalam seminggu
tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al.,
2004). Pada orang dengan kondisi fisik yang rendah dapat dilakukan latihan dengan
intensitas 3 METs selama 5 menit yang dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang
dengan kapasitas fungsional 3-5 METs, latihan dapat dilakukan 1-2 kali sehari.
Individu dengan kapasitas fisik >5METs disarankan untuk berlatih 3 kali per
minggu pada har yang berselingan. Individu dengan jenis latihan beban sebaiknya
juga berlatih tiga kali dalam semimngu pada hari yang berselingan.
Latihan dengan frekuensi intensif
sebaiknya juga dilakukan dengan jenis latihan beban dan non beban secara
bergantian. Hal yang dihindari adalah latihan beban yang dilakukan lebih dari 5
kali dalam seminggu. Latihan jenis ini dengan frekuensi yang tinggi
meningkatkan resiko cedera ortopedik (Andersen, 1999).
Sama
halnya dengan volume latihan, frekuensi latihanpun memiliki hubungan dengaan
intensitas dan lamanya latihan. Makin tinggi intensitas dan makin lama waktu
tiap latihan maka frekuensi latihannya pun semakin sedikit. Hal ini merupakan
indikasi bahwa banyaknya pertemuan atau ulangan latihan menunjukan frekuensi
latihannya. Mengenai hal ini Moeloek (1984:14) menjelaskan, “Frekuensi latihan
adalah ulangaan latihan yang dilakukan dalam jangka waktu satu minggu.”
Kemudian Chu (1989:14) mengemukakan, “Frequency is the number of time an
exercise is performed (repetition) as well as the number of time exercise
session take place during a training cycle”. Dengan demikian maka dalam latihan
tendangan dollyo hal-hal tersebut di atas perlu diperhatikan dengan seksama,
karena akan menentukan suatu kualitas latihan. Tentang kualitas latihan oleh
Weineck yang dikutip Hidayat (1990:21) dijelaskan, “Kualitas latihan
berhubungan erat dengan perbandingan antara intensitas dengan volume.”
d.
Irama
Irama latihan adalah ukuran waktu
yang menunjukkan/memperlihatkan kecepatan pelaksanaan perangsangan/gerak.
Sehingga dapat dikatakan irama latihan merupakan tinggi rendahnya tempo dan
berat ringannya suatu latihan dalam satu unit/sesi latihan. Irama latihan
berupa cepat, lambat atau sedang. Willmore, Jack H. dan
David L. Costill,( 1994).
Irama
e.
Durasi
Telford,
Richard D.,(1991)Durasi
Latihan ukuran yang menunjukkan lamanya waktu latihan/perangsangan.
Sebagi contoh: Dalam satu unit/sesi latihan perlu waktu
selama 1,5 jam, maka durasi latihannya adalah selama 1,5 jam itu. Dengan kata
lain durasi latihan bisa dikatakan jumlah waktu keseluruhan latihan yang
dimulai dari awal sampai akhir (pembukaan dan penutup unit/sesi latihan).
Durasi waktu latihan ini berfungsi
untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Durasi waktu latihan biasanya
berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Biasanya latihan dengan
intensitas tinggi maka durasi latihan pendek . begitu juga dengan latihan
dengan intensitas yang rendah maka durasi latihan lama. Latihan selama 5 sampai
10 menit dengan intensitas 90% kapasitas fungsional tubuh dapat memperbaiki
kerja kardiovaskular. Walaupun demikian latihan dengan intensita tinggi dan
durasi yang pendek tersebut tidak dapat diterapkan pada kebanyakan orang,
sehingga lebih disarankan untuk melaksanakan program latihan dengan intensitas
yang sedang dan durasi yang lebih lama (Kraemer, 2004)
f.
Densitas
Densitas latihan adalah ukuran yang menunjukkan padatnya perangsangan/gerakan
atlet. Densitas ini sangat dipengaruhi oleh waktu untuk recovery dan interval
dalam latihan. Bila waktu untuk recovery dan interval latihan itu pendek
berarti densitas latihan itu tinggi dan juga sebaliknya.
David J. Pollitt,( 2003).
3.
MODEL
LATIHAN KARDIO
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI
Ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi. Daya
tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis
kelamin, aktivitas fisik, komposisi lemak tubuh dan kebiasaan merokok.
1. Genetik
Daya
tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik
yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Penelitian dari Kanada telah
meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic) dan
kembar identik (monozygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada
saudara kandung dari pada kembar identik.
Baru-baru
ini, Manila dan Bouchard telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab
atas 25 –40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs berpendapat
bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh
perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab
lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan
tinggi adalah dengan memilih orang tua dengan teliti.
Kita
mewarisi banyak faktor yang memberikan konstribusi pada kebugaran aerobik,
termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler,
jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak.
Pengaruh
genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan
komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang
yang memiliki lebih banyak lebih tepat untuk melakukan kegitan
bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka
putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic.
Demikian
pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan
tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf(bentuk tubuh bulat dan
pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi) (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
2. Umur
Umur
mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan kardiovaskuler
menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua
puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahun tersebut akan makin
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade
untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan
tersebut 4-5% perdekade.
Peningkatan
kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah
usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai
pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun
kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai
25 tahun.
Pengaruh
umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses
menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya
aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
3. Jenis
Kelamin
Kesegaran
jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh
yang terjadi setelah masa pubertas.
Daya
tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh
berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda
memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini
tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang
sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama
dalam hal VO2max.
Wanita
memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria
15% dari komposisi tubuhnya.
Menurut
Larry Gshaver, satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada
pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap
100ml darah dan pada wanita rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini
menyebabkan wanita memiliki kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria.
Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding
pria(Hairy,1989).
Pengambilan
oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L.
Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria.
4. Kegiatan
Fisik
Kegiatan
fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang
bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi
dapat mengurangi lemak tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, 1994).
MODEL
LATIHAN :
1. Latihan daya tahan dasar (Aerobic Foundation):
Durasi latihan 30 menit-3 jam, denyut nadi latihan berkisar 130-140 denyut/menit,
biasanya latihan yang dilakukan adalah slow continous run.
2. Latihan pengembangan daya tahan aerobik (aerobic
development): Durasi latihan 12-30 menit, denyut nadi latihan berkisar
140-150 denyut/menit, biasanya bentuk latihan di tingkatan ini adalah speed
play.
3. Latihan peningkatan ambang rangsang an-aerobik (an-aerobic
treshold): Durasi latihan 2-12 menit, denyut nadi latihan berkisar 160-170
denyut/menit, biasanya bentuk latihan yang dilakukan adalah interval
training.
4. Latihan daya tahan dengan toleransi terhadap laktat (lactid
tolerance): Durasi latihan 35-90 detik, denyut nadi 185-195 denyut/menit,
bentuk latihan yang biasanya dilakukan bergerak cepat dengan gerakan yang sama
dan latihan speed agility and quicknes (SAQ).
5. Latihan daya tahan aerobik maksimal (Maximum
aerobic): Durasi latihan sampai dengan 5 menit, denyut nadi latihan diatas
200 denyut/menit, biasanya bentuk latihan pada tingkatan ini adalah gerakan
siklis (gerakan yang sama) dengan jarak mencapai 1600 meter.
4.
MODEL
LATIHAN KEKUATAN
Strength adalah segala bentuk Komponen kondisi fisik
seseorang tentang kemampuanya dalam menggunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja., Kekuatan adalah kekuatan otot yang banyak di
gunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama otot tungkai yang harus menahan
berat
Kekuatan adalah kapasitas kontraksi dari otot, yang
merupakan gerakan otot dari gerakan pertamanya sampai jarak gerakan
sepenuhnya dan mengulangi kemampuan tersebut terhadap perlawanan ; sedapat
mungkin mendekat pad ketahan stress yang maksimal.
Bentuk
Latihan :
a. Dengan menggunakan Berat Badan Sendiri :
ü
Bench Press ( beban 80% berat
badan )
ü
Curl ( Punggung menempel pada
dinding )
ü
Press Up dengan lengan sebagai
penopang dan punggung lurus
ü
Press Up pada Ujung jari
ü
Press up slapping chest : press up
sambil memukul dada
ü
Press up clapping hands :
press up sambil bertepuk tangan.Press up with feet raised : press up seperti
latihan 1 sambil mengangkat 1 kakiKnee raise (angkat lutut), tidur terlentang
tingkai lurus kedepan dengan kedua lengan disamping badan. Bawa kedua lutut
kedada kembalikan ke posisi semula.
ü
Sit-up.
ü
Diagonal sit-up
ü
Standing squats
b. Latihan
dengan kawan sebagai beban latihan
ü
Separate Wrist : berdiri
berhadapan, pegang pergelangan tangan kawan lalu berusaha memisahkan kedua
pergelangan kawanmu.
ü
Separate Legs.
ü
Clap hands : berpasangan
tidur terlentang, kepala bersentuhan dengan terentan.
5.
MODEL
LATIHAN KECEPATAN
Kecepatan adalah kemampuan untuk
menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Muhajir 60: 2006).
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi
dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan antara
lain :
a) Lari cepat dengan jarak 40 dan 60 meter.a
b) Lari dengan mengubah-ubah kecepatan (mulai
lambat ) makin lama makin cepat).
c) Lari naik bukit
d) Lari menuruni bukit.
e) Lari menaiki tangga gedung.
6.
MODEL
LATIHAN KELINCAHAN
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah gerakan
dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Bentuk-bentuk latihan
keseimbangan dapat dilakukan dengan melakukan gerakan apa saja yang dapat
meningkatkan kelincaha seseorang. Bentuk-bentuk latihan kelincahan yang umum di
lakukan untuk meningkatkan kelincahan seseorang adalah: zigzag run, boomerang
run, shuttle run, obstacle run, dan banyak lagi.
A.
Latihan mengubah gerak tubuh arah lurus (Shuttle
run)
Cara melakukan adalah:
a. Lari bolak-balik
sebanyak 6-8 kali dilakukan dengan secepat-cepatnya.
b. Setiap
kali sampai pada titik yang menjadi batas, pelari secepatnya berusaha mengubah
arah untuk menuju titik lari sebaliknya.
c. Jarak
antyar batas keduanya jangan terlalu jauh dan jumlah ulangannya jangan terlalu
banyak agar tidak menyebabkan kelelahan bagi pelaku.
B.
Lari bolak-balik atau lari zig-zag
Tujuannya
adalah melatih tubuh bergerak dengan loncah pada arah yang berkelok-kelok. Cara
melakukan latihan adalah sebagai berikut:
1. Lakukan lari
bolak-balik dengan cepat. Lakukan 2 – 3 kali diantara beberpa titik
2. Jarak setiap
titik sekitar duam meter
C. Latihan mengubah posisi tubuh /
jongkok-berdiri (squat-thrust)
Tujuannya
adalah melatih mengubah posisi tubuh (jongkok dan berdiri tegak), Cara
melakukannya adalah sebagai berikut
a. Jongkok sambil menumoukkan kedua lengan dilantai
b. Pandangan kearah depan
c. Lemparkan kaki kebelakang sampai lurus dengan sikap badan
terungkap
dalam keadaan terangkat.
d. Dengan serentak, kedua kaki ditarik kedalam, kemudian
kembali ketempat
semula. Latihan ini dilakukan berulang-ulang denagan
gerakan yang sama
D. Latihan kelincahan bereaksi
Tujuannya
melatih kelincahan dalam melakukan suatu reaksi gerakan. Cara melakukannya
adalah sebagai berikut:
a. Berdiri dengan sikap ancang-ancang, kedua lengan
disampaing badan
denagan siku bengkok, perhatikan aba-aba peluit.
b. Bunyi peliuit pertama, lari kedepan secepat-cepatnya.
c. Bunyi peluit kedua, lari mundur secepat-cepatnya.
d. Bunyi peluit ketiga, lari ke samping kiri secepatnya.
e. Bunyi peluit keempat, lari ke samping kanan secepatnya.
f. Latihan ini dilakukan terus-menerus secara berangkai
tanpa berhenti dahulu.
7.
MODEL
LATIHAN KESEIMBANGAN
Latihan keseimbangan adalah
latihan khusus yang ditujukan untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada
anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan sistem vestibular/kesimbangan
tubuh. Organ yang berperan dalam sistem keseimbangan tubuh adalah balance
perception. Latihan keseimbangan sangat penting pada lansia (lanjut usia)
karena latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga
mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia. Setiap tahunnya di Amerika
Serikat dilaporkan sekitar 300.000 kasus patah tulang pada hip disebabkan
karena terjatuh. Latihan keseimbangan ini sangat berguna untuk memandirikan
para lansia agar mengoptimalkan kemampuannya sehingga menghindari dari dampak
yang terjadi yang disebabkan karena ketidakmampuannya.
Otak, otot dan tulang bekerja bersama-sama menjaga keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh. Ketiga organ ini merupakan sasaran yang terpenting dan harus dioptimalkan pada latihan keseimbangan, untuk itu program latihan integrasi yang lengkap harus dipersiapkan oleh seorang fisioterapis. Dasar untuk menciptakan program latihan keseimbangan yaitu pada awalnya adalah latihan penguatan kemudian latihan penguatan tersebut dimodifikasikan dengan latihan keseimbangan seperti berdiri dengan satu kaki atau memejamkan mata.
Fisioterapis sangat membantu dalam memepercepat keseluruhan proses dan membantu mendesign program latihan keseimbangan yang terintegrasi sesuai dengan tingkatan level manakah keseimbangan anda.
Beberapa latihan sederhana yg dapat dipraktekkan :
Untuk Beginer :
1. Berdiri disamping kursi yang tinggi yang memungkinkan tangan kita untuk memegangnya
2. Gengamlah pegangan kursi tersebut
3. Angkat satu kaki dan pertahankan kesimbangannya ketika berdiri
4. Tahan sampai hitungan kesepuluh
5. Ulangi pada kaki yang lain
6. Lakukan pada setiap kaki 5 kali
Untuk intermediate :
1. Berdiri disamping kursi yang tingi yang memungkinkan tangan kita untuk memegangnya.
2. Tanpa memegang genggaman kursi tersebut angkatlah satu kaki anda
3. Tahan sampai hitungan kesepuluh
4. Ulangi pada kaki yang lain
5. Lakukan pada setiap kaki 5 kali
Untuk Advance :
1. Berdiri disamping kursi yang tinggi hanya untuk berjaga-jaga saja
2. Tanpa menggenggam kursi angkatlah kaki anda
3. Kemudian pejamkan kedua mata anda
4. Tahan sampai hitungan kesepuluh
5. Ulangi pada kaki yang lain
6. Lakukan pada setiap kaki 5 kali
Upaya perbaikan terhadap fungsi keseimbangan tubuh dapat dilakukan melalui latihan keseimbangan, sebagai berikut :
1. Latihan penguatan.
Latihan penguatan berfungsi meningkatkan metabolisme tubuh dengan fokus pada otot - otot kaki, paha, perut dan panggul. Otot - otot tersebut merupakan satu kesatuan yang berfungsi sebagai penahan tubuh, sehingga jika semua otot ini lemah maka tubuh akan mudah terjatuh. Latihan awal dapat dilakukan tanpa beban, jika sudah mulai terbiasa dapat ditambahkan beban ringan seberat 0,5 - 1 kilogram. Beban dibebatkan pada pergelangan kaki yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kekuatan otot.
Gerakan pada latihan penguatan meliputi :
a. Berdiri tegak dengan kaki kiri diangkat ke samping dan tahan selama satu detik lalu kembali ke posisi normal. Ulangi hingga 10 kali dan lakukan pada kaki sebaliknya.
b. Berdiri tegak dengan angkat salah satu kaki ke depan dan tahan selama satu detik lalu kembali ke posisi normal. Ulangi hingga 10 kali dan lakukan pada kaki sebaliknya.
c. Duduk di kursi dengan badan tegak dan beri alas bantal pada punggung. Tarik badan ke belakang, tahan satu detik dan kembali ke posisi normal. Ulangi hingga 3 - 5 set dengan satu set 10 hitungan.
2. Latihan keseimbangan.
Latihan keseimbangan bertujuan untuk mengasah sensitivitas sensor proprioseptif. Prinsip gerakan latihan keseimbangan cukup mudah hanya dengan duduk kemudian berdiri yang dilakukan berulang - ulang, tetapi dapat menjadi sulit bagi mereka yang keseimbangannya terganggu akan merasa seperti jatuh ketika berdiri.
Gerakan pada latihan keseimbangan meliputi :
1. Duduk di kursi dengan badan tegak kemudian berdiri dan tahan satu detik. Untuk permulaan ketika berdiri dapat berpegangan pada kursi. Lakukan hingga 3 - 5 set dengan satu set 10 hitungan. Bila sudah mulai terbiasa latihan dapat dilakukan dengan mata tertutup.
2. Berdiri tegak dan berjalan lurus perlahan dengan kaki rapat, tumit menyentuh ujung ibu jari kaki. Tempuh perjalanan sejauh - jauhnya. Bila sudah mulai terbiasa latihan dapat dilakukan dengan mata tertutup.
8.
MODEL
LATIHAN FLEKSIBILITAS
Fleksibilitas atau kelentukan adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan dalam ruang
gerak sendi secara maksimal( range of Moverment ).
Kelentukan adalah kemampuan
seseorang untuk meningkatkan tubuh bagian-bagian tubuh dalam suatu ruang gerak
yang seluas mungkin, tanpa mengalami cedera pada persendian dan otot di sekitar
persendian. (menurut Johnson dan Nelson 1969)
Kelentukan adalah
afektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan
penguluran tubuh yang luas.
a. Peregangan Dinamis
Latihan peregangan dinamis dilakukan dengan cara menggerakkan anggota tubuh secara ritmis dengan gerakan-gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota tubuh sehingga otot-otot tubuh terasa teregangkan. Contoh gerakan dinamls, antara lain:
Latihan peregangan dinamis dilakukan dengan cara menggerakkan anggota tubuh secara ritmis dengan gerakan-gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota tubuh sehingga otot-otot tubuh terasa teregangkan. Contoh gerakan dinamls, antara lain:
b. Gerakan
push up
1. Tubuh tertelungkup, kemudian mengangkat dada
dan punggung setinggi-tingginya.
2. Duduk dengan tungkai lurus, kemudian mencoba
menyentuh ujung kaki dengan jari tangan.
c. Peregangan statis
Peregangan statis dapat dilakukan dengan cara mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Contoh peregangan statis antara lain:
Peregangan statis dapat dilakukan dengan cara mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Contoh peregangan statis antara lain:
1.
Sikap berdiri dengan tungkai lurus.
2.
Badan dibungkukkan.
3.
Mencoba untuk menyentuh tungkai
d. Peregangan pasif
Seseorang melakukan gerakan relaksasi terhadap kelompok otot tertentu. Kemudian dengan bantuan orang lain meregangkan otot tersebut secara perlahan sampai titik fleksibilitas maksimum.
Seseorang melakukan gerakan relaksasi terhadap kelompok otot tertentu. Kemudian dengan bantuan orang lain meregangkan otot tersebut secara perlahan sampai titik fleksibilitas maksimum.
e. Peregangan kontraksi relaksasi
Pelaku melakukan kontraksi terhadap suatu tahanan yang diberikan oleh temannya
pada sekelompok otot selama enam detik.
1)
Kelentukan umum
Kelentukan umum adalah kemampuan
semua persendian/pergelangan untuk melakukan geraka-gerakan kesemua arah secara
optimal sesuai dengan kapasitas fungsi persendian yang digerakkan. Jenis
kelentukan ini dibutuhkan oleh olahraga-olahraga yang menuntut berbagai bentuk
aktivitas gerak persendian seperti sepak bola, bolavoli, baskek, tenis, senam
artistik dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat dapat dikatakn bahwa
kelentukan umum mencakup semua fungsi persendian untuk dapat melakukan berbagai
bentuk gerakan dalam olahraga.
2)
Kelentukan khusus
Kelantukan khusus adalah kemampuan
kelentukan yang dominan dibutuhkan dalam suatu cabang olahraga. Misalnya
kelentukan pergelangan tangan dan bahu dalam permainan bolavoli atau
pergelangan tangan pada olahraga hockey. Jadi, kelentukan khusus lebih terkait
dengan kebutuhan olahraganya.
3)
Kelentukan aktif
Kelentukan aktif adalah kelentukan
dimana gerakan-gerakannya dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain lebih baik
dengan menggunakan alat bantu maupun tanpa alat bantu seperti senam kalestenik
atau gerakan-gerakan senam persendiam yang biasa dilakukan secara
berulang-ulang yang disebut repetisi gerakan.
4)
Kelentukan pasif
Kelentukan pasif adalah kelentukan
dimana gerakan-gerakannya dilakukan dengan bantuan orang lain atau pasangan
latihan seperti melakukan gerakan senam atau gerakan peregangan (stretching).
Pada kelentukan pasif tidak terjadi pengulangan/repetisi gerakan secara terus
menerus selama waktu yang ditentukan dan persendian mengalami peregangan sesuai
fungsinya.
5)
Kelentukan dinamis
Kelentukan dinamis adalah kelentukan
dengan mengerak-gerakkan persendian sesuai fungsinya secara berulang kali.
Jenis kelentukan ini relatif identik dengan kelentukan aktif, karena terjadi
pergerakan pada persendian tubuh yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
waktu yang ditentukan sesuai dengan tujuan latihan yang diinginkan.
6)
Kelentukan statis
Kelentukan statis adalah latihan
kelentukan dengan tidak melakukan pengulangan gerakan dalam waktu dan hitungan
tertentu, misalnya latihan peregangan (stretching) pada waktu melakukan
pemanasan. Jenis kelentukan ini lebih identik dengan kelentukan pasif, karena
persendian tidak mengalami pengulangan gerakan secara terus menerus.
Peregangan statis (static
stretching) meliputi perengan sampai ke batas gerakan tanpa menggunakan
kekuatan dan mempertahankan posisi tersebut selama waktu yang ditentukan
(misalnya 10 detik). Sedangkan peregangan ballistik (ballistic stretching) merupakan
gerakan-gerakan aktif sampai batas gerakan tersebut. Sebagai contoh,
membungkukkan badan ke depan dalam posisi berdiri untuk mencapai raihan
maksimum pada lutut, dan dilakukan secara berulang-ulang. Bentuk peregangan
yang kedua ini identik dengan latihan kelentukan dinamis. Sementara metode PNF
meliputi peregangan sampai ke batas gerakan, lakukan kontraksi statis selama
beberapa detik melawan beban yang diberikan pasangan latihan.
9.
MODEL
LATIHAN KOORDINASI
Bentuk-bentuk latihan koordinasi (Syafruddin,
2011:123-124):
1) Latihan dengan merubah
kecepatan gerakan
2) Latihan
dengan merubah batas ruangan untuk bergerak (misalnya memperkecil lapangan permainan)
3) Merubah
alat-alat yang digunakan dalam latihan
4) Mempersulit
gerakan-gerakan yang dilakukan seperti memperbanyak putaran pada lempar cakram,
menambah putaran sebelum mendarat pada senam alat.
5) Latihan-
latihan keseimbangan
6) Latihan
– latihan senam gymnastik
7) Mempersulit
gerakan-gerakan yang dilakukan melalui perubahan pelaksanaan gerakan ( misalnya
gerakan maju,mundur, ke samping, gerakan mengangkat satu kaki atau dua kaki)
8) Latihan
– latihan yang dikombinasikan, seperti lari-lari ditempat, squat thruss,lompat
dengan mengangkat kedua paha tinggi ke atas, lompat-lompat dengan menyentuh
kedua telapak kaki dengan tangan yang berlawanan didepan dan dibelakang badan,
dan masih banyak lagi latihan kombinasi yang lain selain itu, juga dapat
dilakukan dengan tanpa lat.
9) Latihan-latihan
kekuatan sederhana untuk memperbaiki koordinasi otot intra
10) Bermacam-macam
latihan senam lantai seperti roll kedepan, ke belakang, salto kedepan dan
kebelakang dan lain-lain.
Bentuk latihan koordinasi sebaiknya
melibatkan berbagai variasi gerak dan keterampilan, seperti atlet bulutangkis
sebaiknya jangan hanya latihan gerak dan keterampilan yang terdapat dalam
aktivitas bulutangkis saja, namun berikan latihan-latihan gerak dan
keterampilan yang terkandung dalam cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola voli,
bola basket, atau olahraga lainnya. Latihan-latihan koordinasi yang dianjurkan
oleh Harre (Harsono, 1988) antara lain
a. Latihan-latihan dengan perubahan kecepatan dan irama.
b. Latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang
berubah-
ubah (memodifikasi perlengkapan
latihan).
c.
Kombinasi berbagai latihan senam.
d.
Kombinasi berbagai permainan
e.
Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi
f.
Lari halang rintang dalam waktu tertentu.
g.
Latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata
tertutup.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Prestasi olahraga tidak akan
meningkat jika dalam berlatih tidak berlandaskan prinsip-prinsip latihan.
Banyak orang yang melakukan latihan tetapi sebenarnya mereka tidak melakukan
latihan dengan benar. Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari kerja
fisik yang dilakukan berulang-ulang dengan menerapkan prinsip-rinsip latihan.
Adapun yang dimaksud sistematis bahwa latihan tersebut dilaksanakan secara
berencana, teratur, berpola, dan berkesinambungan. Sedangkan berulang-ulang
diartikan bahwa gerakan yang dipelajari dilakukan beberapa kali sehingga
gerakan itu menjadi otomatis dan refleksif dalam koordinasi gerak yang lebih
mulus dan efisien.
Selain prinsip komponen latihan juga
sangat penting untuk menunjang latihan. Komponen latihan olahraga adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas (mutu) suatu latihan dan merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam menyusun program dan menentukan beban
latihan. Sehingga atlet menjadi lebih baik lagi, seperti yang diharapkan oleh
pelatih/tim.
DAFTAR
PUSTAKA
William
H. Freeman. Peak When It Count. Los Altos : Tafnews Press. 1989.
Bowers,
Richard and Edward L. Fox, 1988. SPORT PHYSIOLOGY. Dubuque – Iowa :
Wm.C. Brown Publishers,
Brian Mac, Endurance Training, 2005, (http://wwwbrianmac.demon.co.uk/esource.htm.)
Brian Mac, Endurance Training, 2005, (http://wwwbrianmac.demon.co.uk/esource.htm.)
Nieman,
David C., 1990. Fitness and Sports Medicine ; An Introduction. California :
Bull
Publishing Company.
Powers, Scott K. and Edward T. Howley, 19990. Exercise Physiology ; Theory and
Powers, Scott K. and Edward T. Howley, 19990. Exercise Physiology ; Theory and
Application to Fitness and performance. Dubuque
; Wm.C. Brown Publishers.
Pyke, Frank S., 1991. Better Coaching ;
Advanced Coach’s Manual. Canberra :
Australian Coaching council Incorporated.
Rushall, Brant S. and Frank S. Pyke, 1990. Training for Sport and Fitness. Canberra :
Rushall, Brant S. and Frank S. Pyke, 1990. Training for Sport and Fitness. Canberra :
Macmillan Education.
Telford, Richard D., 1991. Better Coaching : Endurance Trainig , edited by Frank S. Pyke.
Telford, Richard D., 1991. Better Coaching : Endurance Trainig , edited by Frank S. Pyke.
Canberra : Australia Coaching Council
Incorporated.
Willmore, Jack H. dan David L. Costill, 1994. Physiology of Sport and Exercise. Canada :
Willmore, Jack H. dan David L. Costill, 1994. Physiology of Sport and Exercise. Canada :
Human Kinetics Publisher.
David J. Pollitt,. 2003. Slad Dragging. National Strength & Conditioning Association.
David J. Pollitt,. 2003. Slad Dragging. National Strength & Conditioning Association.
Riverside, California.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar